Harga minyak mentah kompak melemah di awal perdagangan hari ini (13/5)



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah melemah usai mencapai level tertinggi dalam delapan minggu karena kekhawatiran tentang krisis virus corona di India, importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia. 

Hal tersebut berhasil mengatsi reli yang didorong oleh prediksi IEA dan OPEC bahwa permintaan akan kembali kuat di tahun ini.

Kamis (13/5), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 turun 32 sen atau 0,5% menjadi US$ 69,00 per barel, setelah naik lebih dari 1% pada perdagangan hari sebelumnya.


Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2021 turun 31 sen atau 0,5% ke level US$ 65,77 per barel. Pada akhir perdagangan Rabu (11/5), WTI melesat 1,2%.

"Jalur harga minyak mentah tampaknya lebih tinggi tetapi sampai situasi membaik di India, WTI mungkin akan berjuang untuk menembus di atas tertinggi yang terjadi pada awal Maret," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA, dalam sebuah catatan.

Sebelumnya, International Energy Agency (IEA) dalam laporan bulanannya mengatakan, permintaan minyak sudah melebihi pasokan dan kekurangan diperkirakan akan tumbuh lebih jauh bahkan jika Iran meningkatkan ekspor.

Baca Juga: Harga minyak ditutup menguat ke level tertinggi dalam 8 bulan pada Rabu (12/5)

Sehari sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) berpegang pada perkiraannya untuk permintaan minyak dunia yang kuat pada tahun 2021, dengan pertumbuhan di China dan Amerika Serikat mengikis dampak krisis virus corona di India.

Tetapi kekhawatiran global meningkat atas situasi di India, negara terpadat kedua di dunia. Di mana varian virus corona mengamuk di pedesaan dalam 24 jam paling mematikan sejak pandemi dimulai.

Ahli medis masih belum dapat memastikan kapan infeksi baru akan mencapai puncaknya dan negara-negara lain khawatir atas penularan varian yang sekarang menyebar ke seluruh dunia.

Di saat yang sama, kekurangan bahan bakar semakin parah di AS bagian tenggara setelah enam hari sejak penutupan jaringan pipa Colonial Pipeline, yang merupakan jaringan bahan bakar terbesar di AS. 

Colonial, yang menyalurkan lebih dari 2,5 juta barel per hari, mengatakan pihaknya berharap mendapatkan sebagian besar jaringan yang beroperasi pada akhir minggu ini.

Selanjutnya: Pergerakan mata uang Asia bervariasi, yen Jepang menguat paling tinggi hari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari