KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak memperpanjang kenaikan di awal pekan ini karena kekhawatiran dampak pertempuran dari konflik Gaza ke Timur Tengah yang dapat mengganggu pasokan minyak regional. Di sisi lain, pemotongan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang akan segera terjadi mengangkat prospek ekonomi global dan permintaan bahan bakar. Senin (26/8) pukul 06.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2024 naik 37 sen atau 0,5% menjadi US$ 79,39 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2024 menguat 0,5% ke US$ 75,19 per barel.
Sentimen bagi harga minyak datang setelah terjadi bentrokan terbesar dalam lebih dari 10 bulan perang perbatasan. Di mana, Hizbullah menembakkan ratusan roket dan pesawat nirawak ke Israel pada hari Minggu, ketika militer Israel mengatakan pihaknya menyerang Lebanon dengan sekitar 100 jet untuk menggagalkan serangan yang lebih besar. Baca Juga: Harga Minyak Melonjak 2% di Tengah Koreksi Dolar AS, WTI ke US$ 74,5 Per Barel Bentrokan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik Gaza berisiko berubah menjadi konflik regional yang melibatkan Iran, pendukung Hizbullah, dan Amerika Serikat, sekutu utama Israel. "Serangan pendahuluan Israel terhadap Lebanon selama akhir pekan untuk mencegah serangan Hizbullah yang akan segera terjadi seharusnya memastikan pembukaan yang lebih kuat pagi ini karena minyak mentah (WTI) tampaknya akan memperpanjang reli awalnya menuju US$ 77,50, sebelum US$ 80,00," kata analis IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan. Kedua patokan minyak mentah naik lebih dari 2% pada hari Jumat setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mendukung dimulainya pemotongan suku bunga dalam waktu dekat. "Prospek pelonggaran kebijakan moneter meningkatkan sentimen di seluruh kompleks komoditas," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, seraya menambahkan bahwa mereka memperkirakan The Fed akan menerapkan serangkaian pemotongan suku bunga secara progresif.