KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah melemah pada perdagangan awal pekan ini karena kekhawatiran bahwa pemulihan permintaan bahan bakar dapat tergelincir oleh kenaikan laju infeksi virus corona di seluruh dunia. Mengutip
Reuters, Senin (20/7) pukul 14.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman September 2020 turun 36 sen atau 0,8%, menjadi US$ 42,78 per barel. Serupa, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 turun 34 sen atau 0,8% ke US$ 40,25 per barel. Padahal di pekan lalu, harga minyak WTI ini naik 4 sen.
Baca Juga: Harga minyak mentah kompak melemah, terbebani lonjakan kasus harian Covid-19 Keperkasaan harga emas hitam ini mendapat batu sandungan dari lonjakan kasus virus corona. Menurut perhitungan
Reuters, lebih dari 14,5 juta orang telah terinfeksi oleh virus corona baru secara global dan lebih dari 604.000 orang pun telah meninggal akibat virus corona ini. "Pandemi virus corona yang tidak pernah berakhir dapat memaksa negara-negara untuk mengembalikan langkah-langkah penguncian yang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengekang permintaan energi," kata Avtar Sandu, Manajer Komoditas Phillip Futures. Sementara permintaan bahan bakar telah pulih dari penurunan 30% pada bulan April setelah negara-negara di seluruh dunia memberlakukan penguncian ketat. Namun, penggunaan bahan bakar ini masih di bawah tingkat sebelum pandemi ini dimulai. Di sisi lain, lonjakan kasus virus corona di Amerika Serikat (AS) juga membuat permintaan bensin ritel di Negeri Tirai Bambu turun lagi. Selain itu, impor minyak Jepang turun 14,7% secara year on year (yoy) pada bulan Juni. Penurunan impor ini masih lebih baik ketimbang bulan Mei yang anjlok 25% yoy.
Baca Juga: Harga CPO berpotensi terus menguat dan menguji level RM 2.700 per ton Namun, ekspor dari ekonomi terbesar ketiga di dunia merosot hingga dua digit untuk bulan keempat berturut-turut karena pandemi virus corona mengambil korban besar pada permintaan global. Di AS, pengeboran minyak telah memotong jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi ke rekor selama 11 minggu berturut-turut, data menunjukkan pada hari Jumat. Pelaku pasar juga mengabaikan berita bahwa penguasa Arab Saudi yang berusia 84 tahun, Raja Salman bin Abdulaziz, telah dirawat di rumah sakit. Kabarnya, Rajam Salman menderita radang kandung empedu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari