Harga minyak mentah melesat 1%, WTI ditutup di US$ 61,14 per barel



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah naik lebih dari US$ 1 per barel pada perdagangan hari Rabu (17/2) usai cuaca dingin ekstrem di Texas yang membuat produksi minyak di seluruh negara bagian penghasil minyak mentah terbesar Amerika Serikat (AS) itu tutup. 

Alhasil, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 ditutup di level US$ 64,34 per barel, naik 99 sen, atau 1,6%.

Sementara harga minyak minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2020 ditutup di level US$ 61,14 per barel, menguat US$ 1,09, atau 1,8%. 


Kedua harga minyak benchmark ini berada di level tertinggi sejak Januari tahun lalu.

Sebelumnya, harga minyak mendapat dukungan dari pembatasan pasokan yang dilakukan anggota OPEC+, pemotongan tambahan Arab Saudi, dan harapan rebound permintaan karena vaksinasi Covid-19.

Kini keperkasaan harga emas berlanjut karena cuaca dingin bersejarah yang terjadi di texa sejak akhir pekan lalu. Texas merupakan pemasok utama minyak mentah AS dan merupakan bagian dari pusat penyulingan utama di negara tersebut.

Baca Juga: Harga minyak naik lebih dari 23% sejak awal tahun, ini prediksi selanjutnya

"Ini baru saja membawa harga minyak ke level berikutnya," kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka Mizuho di New York. 

"Minyak mentah WTI mungkin akan mencapai level maksimum di suatu tempat yang mendekati US$ 65,65 per barel," ungkap Yawger.

Cuaca dingin yang membuat terjadinya pembekuan minyak di AS telah menutup sekitar 1 juta barel produksi per hari dan diperkirakan akan mengganggu produksi selama beberapa hari bahkan mungkin berminggu-minggu, kata pakar industri. Hal itu terjadi karena sumur minyak telah membeku dan jaringan pipa telah ditutup.

Setidaknya seperlima dari produksi penyulingan AS telah dihentikan, yang menghambat permintaan minyak mentah. "Pada saat yang sama produksi minyak turun," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

"Ada sedikit tarik-ulur yang terjadi karena meskipun pasokan ditutup, penyulingan juga turun sehingga tidak banyak permintaan," lanjut Kilduff.

Tidak seperti badai hebat yang dapat menyerang operasi minyak di Pantai Teluk AS, Kilduff mengatakan, dia tidak mengharapkan kerusakan infrastruktur dari suhu beku seperti yang terjadi saat ini.

"Ini semua akan mencair dan segalanya akan meningkat lebih cepat," ujar dia. 

Dalam sebuah pernyataan yang membantu meredakan kekhawatiran bahwa OPEC dan produsen minyak sekutunya akan mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi setelah pertemuan bulan depan, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan melawan virus Covid-19 dan produsen minyak harus tetap "sangat berhati-hati."

Baca Juga: Harga minyak terkoreksi tipis pada awal perdagangan Rabu (17/2)

Lingkungan harga yang lebih kuat telah memberi perhatian lebih pada OPEC+, yang terdiri dari anggota OPEC serta produsen sekutu seperti Rusia. Rencananya OPEC+ akan bertemu untuk menetapkan kebijakan pada 4 Maret.

Sumber OPEC+ bilang kepada Reuters bahwa grup ini kemungkinan akan mengurangi pembatasan pasokan setelah April karena pemulihan harga minyak.

Di sisi lain, berdasarkan data American Petroleum Institute (API), stok minyak mentah AS turun 5,8 juta barel pada pekan lalu menjadi sekitar 468 juta barel. Data tersebut lebih besar dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,4 juta barel pada pekan yang berakhir 12 Februari lalu.

Data persediaan minyak dari Energy Information Administration (EIA) akan dirilis pada Kamis (18/2), ditunda sehari setelah hari libur pada hari Senin.

Selanjutnya: Wall Street ditutup bervariasi, S&P 500 dan Nasdaq koreksi terseret saham teknologi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari