KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah melonjak US$5 pada perdagangan Senin (3/4), untuk kenaikan harian terbesar hampir setahun. Menyusul pernyataan OPEC+ mengguncang pasar dengan rencana untuk memangkas lebih banyak produksi. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$5,31 atau 6,7% pada US$85,20 per barel pada 1410 GMT setelah menyentuh level tertinggi selama sebulan di US$86,44. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$5,10 atau 6,7% pada US$80,77 setelah mencapai level tertinggi sejak akhir Januari.
Baca Juga: Wajah Wall Street Bervariasi karena Kekhawatiran Inflasi Muncul Kembali, Senin (3/4) OPEC+ atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia mengguncang pasar dengan pengumuman hari Minggu bahwa mereka memangkas target produksinya sebesar 1,16 juta barel per hari (bpd). OPEC+ pada pertemuan bulanannya pada hari Senin untuk tetap berpegang pada keputusan sebelumnya, menargetkan pengurangan produksi sebesar 2 juta barel per hari hingga Desember. Janji terbaru membuat total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari, menurut perhitungan
Reuters, atau setara dengan 3,7% dari permintaan global. Akibatnya, Goldman Sachs menurunkan perkiraan produksi akhir 2023 untuk OPEC+ sebesar 1,1 juta barel per hari dan menaikkan perkiraan harga Brent menjadi US$95 dan US$100 per barel masing-masing untuk tahun 2023 dan 2024, katanya dalam sebuah catatan. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, langkah itu tidak disarankan dan beberapa analis mempertanyakan alasan pemotongan tambahan. "Apa yang kami saksikan adalah kelompok OPEC+ yang adaptif dan gesit yang mampu dan bersedia untuk bertindak di depan kurva. Gejolak pasar baru-baru ini di mana minyak mentah Brent turun menjadi US$70 per barel mungkin membuat OPEC+ sedikit ketakutan," kata Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di SEB. "Mereka tidak akan mendapatkan apa-apa," tambah Schieldrop, mengutip kemungkinan kekhawatiran grup atas kenaikan suku bunga Barat dan sistem perbankan global. “Keputusan itu berarti OPEC+ bertekad untuk bertindak mengatasi kemungkinan awan badai ekonomi di cakrawala,” kata Jorge Leon, wakil presiden senior di konsultan Rystad Energy.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun Awal Pekan, Terseret Penurunan Produksi Minyak "Pemotongan ini mungkin menandakan bahwa OPEC+ percaya bahwa ada cukup indikator resesi di pasar ... (dan) akan semakin memperketat pasar minyak untuk sisa tahun ini dan dapat mendorong harga di atas US$100 per barel". Minyak Brent turun bulan lalu menuju US$70 per barel, terendah dalam 15 bulan, di tengah kekhawatiran bahwa krisis perbankan global dan kenaikan suku bunga akan menekan permintaan. Meskipun produksi minyak OPEC lebih rendah pada bulan Maret setelah penghentian beberapa ekspor Irak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto