Harga Minyak Mentah Menguat Usai Kesepakatan Bersejarah Perbankan Swiss



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak naik di awal pekan ini setelah menderita kerugian mingguan terbesar dalam beberapa bulan. Sentimen datang setelah UBS mencapai kesepakatan untuk membeli Credit Suisse dan beberapa bank sentral terbesar dunia berusaha untuk meyakinkan dan menstabilkan pasar keuangan global.

Senin (20/3), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2023 naik 35 sen atau 0,5% ke US$ 73,32 per barel. Di pekan lalu, Brent anjlok hampir 12%, penurunan mingguan terbesar sejak Desember.

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Apri 2023 naik 0,6% ke US$ 67,11 per barel, setelah turun 13% di pekan lalu, terbesar sejak April 2022.


Sebelumnya, bank terbesar Swiss, UBS, mengumumkan pada Minggu malam akan membeli bank terbesar kedua di negara itu, Credit Suisse, dalam kesepakatan bersejarah.

Menyusul pengumuman tersebut, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.

Baca Juga: Harga Minyak Naik 1% dan Hentikan Penurunan Beruntun Usai Saudi dan Rusia Bertemu

Kesepakatan perbankan Swiss dan langkah-langkah bank sentral untuk menyuntikkan likuiditas ke pasar memulihkan kepercayaan pasar, yang mengarah ke reli bantuan pada aset berisiko, termasuk pasar minyak mentah, kata analis CMC Markets Tina Teng.

"Reli bantuan di pasar yang luas dapat berlanjut jika Fed melunakkan nada pada kenaikan suku bunga," tambahnya.

Investor menilai probabilitas 60% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu, tetapi beberapa eksekutif meminta bank sentral untuk menghentikan pengetatan kebijakan moneternya untuk saat ini tetapi siap untuk melanjutkan kenaikan suku nanti.

Perlambatan kenaikan suku bunga dapat menekan the greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Secara terpisah, Goldman Sachs memangkas perkiraan untuk minyak mentah Brent setelah harga anjlok karena kekhawatiran perbankan dan resesi.

Editor: Anna Suci Perwitasari