Harga Minyak Mentah Naik 2 Sesi Beruntun, Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga AS Naik



KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik untuk sesi kedua berturut-turut pada Kamis (11/7), dengan  Brent menetap di atas US$85 per barel seiring meningkatnya harapan pemotongan suku bunga Amerika Serikat (AS). Setelah data menunjukkan perlambatan inflasi yang tak terduga.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 32 sen atau 0,4% menjadi US$85.40 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 52 sen atau 0,6% menjadi US$82,62 per barel.

Data menunjukkan harga konsumen AS turun pada bulan Juni, memicu harapan bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga.


Setelah data dirilis, para pedagang memperkirakan probabilitas pemotongan suku bunga pada bulan September sebesar 89%, naik dari 73% pada hari Rabu.

Baca Juga: Harga Emas Naik Jelang Rilis Data Inflasi AS, Cermati Prospeknya

Inflasi yang melambat dan pemotongan suku bunga kemungkinan akan mendorong lebih banyak aktivitas ekonomi, kata analis energi Growmark.

Ketua The Fed Jerome Powell mengakui tren perbaikan baru-baru ini dalam tekanan harga, tetapi mengatakan kepada para legislator bahwa lebih banyak data diperlukan untuk memperkuat argumen untuk pemotongan suku bunga.

Data tersebut menurunkan indeks dolar AS, yang seharusnya mendukung harga minyak, kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy.

Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan untuk minyak yang dihargakan dalam dolar dari pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Harga juga naik pada hari Rabu, menghentikan penurunan selama tiga hari setelah data AS menunjukkan penurunan stok minyak mentah di pasar minyak terbesar dunia, serta penurunan persediaan dan permintaan yang kuat untuk bensin dan bahan bakar jet.

Minyak mentah AS bulan depan mencatat premi paling curam terhadap kontrak bulan berikutnya sejak April. Kesediaan peserta pasar untuk membayar premi untuk tanggal pengiriman lebih awal, struktur yang dikenal sebagai backwardation, biasanya merupakan tanda ketatnya pasokan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Diramal Menguat Pekan Ini Berkat Prospek Penurunan Suku Bunga

Beberapa masih percaya prospek permintaan minyak tetap rapuh. Dalam laporan pasar minyak bulanan, Badan Energi Internasional (IEA) melihat pertumbuhan permintaan global melambat menjadi kurang dari satu juta barel per hari tahun ini dan tahun depan, terutama mencerminkan kontraksi konsumsi di China.

Namun, kelompok produsen OPEC dalam laporan bulanan mereka pada hari Rabu mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan dunia tidak berubah, yakni 2,25 juta untuk tahun ini dan 1,85 juta barel per hari tahun depan.

"Perkiraan permintaan OPEC dan IEA lebih jauh dari biasanya, sebagian karena perbedaan pendapat tentang kecepatan transisi dunia ke bahan bakar bersih," kata analis StoneX, Alex Hodes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto