Harga Minyak Mentah Naik, Brent ke US$ 120,27 dan WTI ke US$ 119,33



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada hari Selasa (7/6) di tengah ekspektasi pemulihan permintaan di China karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu melonggarkan pembatasan ketat Covid-19. Selain itu di tengah keraguan bahwa target produksi yang lebih tinggi oleh produsen OPEC+ akan mengurangi pasokan yang ketat.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 76 sen atau 0,6% pada US$ 120,27 barel pada 0413 GMT.

Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 83 sen atau 0,7% menjadi US$ 119,33 per barel. Patokan harga minyak mentah tersebut mencapai level tertinggi tiga bulan di US$120,99 pada hari Senin.


Beijing dan pusat komersial Shanghai telah kembali normal dalam beberapa hari terakhir setelah dua bulan penguncian yang menyakitkan untuk membendung wabah varian Omicron.

Larangan lalu lintas dicabut dan restoran dibuka untuk layanan makan di tempat pada Senin di sebagian besar wilayah Beijing.

"Kami bisa melihat lonjakan permintaan bahan bakar dengan mobil kembali ke jalan di kota-kota besar dan pelabuhan secara bertahap kembali ke operasi normal di China," kata Tina Teng, analis di CMC Markets.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Berhasil Naik Tipis pada Sesi Awal Hari Selasa (7/6)

Pengekspor minyak utama Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) Juli untuk minyak mentah Arab andalannya ke Asia sebesar US$2,10 dari Juni menjadi premi US$6,50 di atas harga Oman/Dubai. Tidak jauh dari puncak sepanjang masa yang tercatat pada Mei ketika harga mencapai tertinggi karena kekhawatiran gangguan pasokan Rusia.

Pekan lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk meningkatkan produksi untuk Juli dan Agustus sebesar 648.000 barel per hari, atau 50% lebih banyak dari yang direncanakan sebelumnya.

Peningkatan target tersebut tersebar di seluruh anggota OPEC+. Namun, banyak anggota memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan produksi, termasuk Rusia, yang menghadapi sanksi Barat.

"Sementara peningkatan target bulanan baru terus didorong oleh kontribusi proporsional dari semua peserta (termasuk Rusia), tidak realistis untuk mengharapkan peningkatan yang mendekati angka utama," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dalam sebuah catatan. .

Di tempat lain, persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun minggu lalu, sementara stok bensin dan sulingan terlihat naik, mengacu jajak pendapat awal Reuters Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto