JAKARTA. Lonjakan harga minyak mentah akan membuat defisi anggaran terus membesar. Ekonomi Royal Bank of Scotland (RBS) Lim Su Sian mengatakan, jika harga minyak mentah melebihi US$ 100 per barel, defisit anggaran diperkirakan melebihi 2%.Menurutnya, jika harga minyak pada kisaran US$ 80 per barel, maka defisit anggaran dimungkinkan mencapai 1,7%. Sementara jika harga minyak berada pada level US$ 90 per barel, ia memperkirakan defisit akan membengkak hingga 2%. “Defisit dapat bertambah jika harga minyak terus naik,” katanya, Selasa (8/3).Sementara itu, lanjutnya, jika harga minyak mencapai US$ 120 per barel, maka defisit akan membengkak hampir menyentuh 3%. “Bisa hampir 3%, kalau harga minyak US$ 120 per barel saja kemungkinan defisit 2,9%,” terangnya.Kementerian ESDM mencatat, harga minyak mentah Indonesia per 7 Maret lalu telah menyentuh US$ 113,75 per barel. Sementara rata-rata harga minyak Januari sampai Maret ini sudah US$ 104,72 per barel. Angka tersebut tercatat naik 37% dari periode yang sama di 2010. Selain itu, angka tersebut melampaui asumsi APBN 2011 yang mematok harga minyak sebesar US$ 80 per barel.Pendapat berbeda disampaikan pengamat ekonomi Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa. Dia bilang lonjakan harga minyak tidak akan membuat defisit anggaran melebihi 2%. Pasalnya, ia yakin rata-rata harga minyak sepanjang tahun akan berada pada kisaran US$ 80 per barel hingga US$ 90 per barel. “Memang tidak akan dibawah 1,8%, pasti diatas 1,8%. Harusnya implementasinya nggak lari dari situ," katanya.Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan tak memungkiri, bahwa gejolak kenaikan harga minyak dunia berpotensi membuat defisit APBN melebar lantaran semakin besarnya anggaran subsidi yang harus dialokasikan. “Sudah pasti (menambah defisit),” katanya.Menurutnya, salah satu langkah yang diyakini dapat membuat APBN tidak terbebani subsidi minyak adalah menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun, jika dilakukan saat ini, ditengah situasi gejolak harga minyak yang tidak menentu, rasanya sulit bagi pemerintah. Seharusnya, lanjutnya, kebijakan menaikkan harga BBM dilakukan sebelum harga minyak terlalu tinggi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga minyak mentah naik, defisit anggaran membesar
JAKARTA. Lonjakan harga minyak mentah akan membuat defisi anggaran terus membesar. Ekonomi Royal Bank of Scotland (RBS) Lim Su Sian mengatakan, jika harga minyak mentah melebihi US$ 100 per barel, defisit anggaran diperkirakan melebihi 2%.Menurutnya, jika harga minyak pada kisaran US$ 80 per barel, maka defisit anggaran dimungkinkan mencapai 1,7%. Sementara jika harga minyak berada pada level US$ 90 per barel, ia memperkirakan defisit akan membengkak hingga 2%. “Defisit dapat bertambah jika harga minyak terus naik,” katanya, Selasa (8/3).Sementara itu, lanjutnya, jika harga minyak mencapai US$ 120 per barel, maka defisit akan membengkak hampir menyentuh 3%. “Bisa hampir 3%, kalau harga minyak US$ 120 per barel saja kemungkinan defisit 2,9%,” terangnya.Kementerian ESDM mencatat, harga minyak mentah Indonesia per 7 Maret lalu telah menyentuh US$ 113,75 per barel. Sementara rata-rata harga minyak Januari sampai Maret ini sudah US$ 104,72 per barel. Angka tersebut tercatat naik 37% dari periode yang sama di 2010. Selain itu, angka tersebut melampaui asumsi APBN 2011 yang mematok harga minyak sebesar US$ 80 per barel.Pendapat berbeda disampaikan pengamat ekonomi Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa. Dia bilang lonjakan harga minyak tidak akan membuat defisit anggaran melebihi 2%. Pasalnya, ia yakin rata-rata harga minyak sepanjang tahun akan berada pada kisaran US$ 80 per barel hingga US$ 90 per barel. “Memang tidak akan dibawah 1,8%, pasti diatas 1,8%. Harusnya implementasinya nggak lari dari situ," katanya.Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan tak memungkiri, bahwa gejolak kenaikan harga minyak dunia berpotensi membuat defisit APBN melebar lantaran semakin besarnya anggaran subsidi yang harus dialokasikan. “Sudah pasti (menambah defisit),” katanya.Menurutnya, salah satu langkah yang diyakini dapat membuat APBN tidak terbebani subsidi minyak adalah menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun, jika dilakukan saat ini, ditengah situasi gejolak harga minyak yang tidak menentu, rasanya sulit bagi pemerintah. Seharusnya, lanjutnya, kebijakan menaikkan harga BBM dilakukan sebelum harga minyak terlalu tinggi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News