Harga Minyak Mentah Naik Didukung Optimisme Ekonomi China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah naik pada hari Senin (19/12), optimisme seputar China melonggarkan pembatasan Covid-19 mengalahkan kekhawatiran resesi global yang akan membebani permintaan energi.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 76 sen menjadi menetap di US$79,80 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 90 sen menjadi US$75,19 per barel.

China, importir minyak mentah utama dunia, mengalami gelombang pertama dari tiga gelombang kasus Covid-19 yang diperkirakan setelah Beijing melonggarkan pembatasan mobilitas. Tetapi China mengatakan berencana untuk meningkatkan dukungan ekonomi pada tahun 2023.


Baca Juga: Prospek Harga Komoditas Energi Bakal Ditentukan Kebijakan Global

“Tidak diragukan lagi bahwa permintaan dipengaruhi secara negatif,” kata Naeem Aslam, analis di broker Avatrade.

“Namun, tidak semuanya begitu negatif karena China telah berjanji untuk melawan semua pesimisme tentang ekonominya dan akan melakukan apa yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.”

Harga minyak mentah memangkas keuntungan sebelumnya sebelum naik lagi dalam sesi yang bergejolak.

“Kenyataannya di sini adalah bahwa kita masih memiliki ketakutan akan resesi besar yang membayangi cakrawala yang belum hilang,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. “Akan sulit untuk mendapatkan keuntungan besar di sini.”

Harga minyak melonjak menuju rekor tertinggi US$147 per barel pada awal tahun, setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari. Sejak itu telah membatalkan sebagian besar keuntungan tahun ini karena kekhawatiran pasokan tersingkir oleh ketakutan resesi.

Para menteri energi Uni Eropa pada hari Senin menyetujui batas harga gas, setelah pembicaraan berminggu-minggu tentang tindakan darurat yang telah memecah opini di seluruh blok karena berusaha menjinakkan krisis energi.

Batas tersebut dapat dipicu mulai dari 15 Februari 2023, dokumen yang merinci kesepakatan akhir menunjukkan. Kesepakatan itu akan disetujui secara resmi oleh negara-negara secara tertulis, setelah itu dapat mulai berlaku.

Baca Juga: Meski Sulit Diprediksi, Harga Komoditas Energi Masih Perkasa di Kuartal I-2023

Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga minggu lalu dan menjanjikan lebih banyak. Bank of Japan, sementara itu, dapat mengubah sikap ultra-dovishnya ketika bertemu pada hari Senin dan Selasa.

"Prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut akan memukul pertumbuhan ekonomi di tahun baru dan dengan demikian mengekang permintaan minyak," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto