Harga Minyak Mentah Naik Lebih dari US$1, Brent ke US$79,58 dan WTI ke US$74,52



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah naik lebih dari US$1 pada hari Selasa (13/12), dengan latar belakang gangguan pasokan dan penurunan tajam untuk dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$1,59 atau 2,04% menjadi US$79,58 per barel pada 1438 GMT.

Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,35 atau 1,85% menjadi US$74,52.


Baca Juga: Produksi OPEC+ dan Ekonomi China Goyang Harga Minyak

Indeks dolar AS jatuh setelah data menunjukkan bahwa inflasi harga konsumen AS naik kurang dari yang diharapkan bulan lalu, memperkuat harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga pada hari Rabu.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan.

Pasar juga mendapat dukungan dari ketidakpastian seputar dimulainya kembali Keystone Pipeline TC Energy Corp, yang mengirimkan 620.000 barel per hari (bpd) minyak mentah Kanada ke Amerika Serikat, setelah pecah minggu lalu.

Penutupan tersebut telah meningkatkan ekspektasi bahwa persediaan minyak mentah AS akan turun 3,9 juta barel dalam sepekan hingga 9 Desember, menurut jajak pendapat pendahuluan Reuters.

Dukungan lebih lanjut mengikuti "ancaman output Rusia yang lebih rendah dalam menanggapi batas harga G7" kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Volume ekspor dari pelabuhan Baltik dan Laut Hitam Rusia akan menurun bulan ini. Sementara ekspor CPC Blend Laut Hitam diperkirakan akan turun pada bulan Januari.

Analis, bagaimanapun, memperkirakan harga akan tetap stabil.

"Inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi tersendat, resesi global menjulang, konsumsi minyak berada di bawah tekanan dan pasokan tidak dapat diprediksi," kata Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates.

Baca Juga: Begini Prospek Harga Minyak di Tengah Ancaman Resesi Global dan Pengetatan Suplai

OPEC pada hari Selasa memangkas perkiraan permintaan minyak absolut kuartal pertama dan mengatakan perlambatan ekonomi global menjadi nyata.

Optimisme atas pemulihan permintaan minyak di China, importir minyak mentah terbesar dunia, memudar setelah para pemimpin China dilaporkan menunda pertemuan kebijakan ekonomi utama di tengah melonjaknya infeksi Covid-19.

Bank of America dan Goldman Sachs pada hari Senin mengatakan bahwa pembukaan kembali ekonomi di China, yang telah membatalkan beberapa pembatasan Covid-19, dapat semakin mendorong harga minyak di atas US$90 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto