KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah naik pada hari Senin (27/3), setelah penghentian ekspor minyak dari Kurdistan Irak melalui Turki. Sentimen lainnya yakni langkah-langkah untuk mengatasi potensi krisis perbankan yang dapat menekan permintaan minyak mentah. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$1,16 atau 1,6%, menjadi US$76,15 per barel pada 1210 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,19 atau 1,7%, menjadi US$70,45 per barel. Brent naik 2,8% minggu lalu dan WTI
rebound sebesar 3,8% karena kegelisahan di sektor perbankan mereda.
Sekitar setengah persen dari pasokan minyak global atau 450.000 barel per hari (bpd), ekspor minyak mentah dari Kurdistan berhenti pada Sabtu. Menyusul kemenangan dalam kasus arbitrase mengonfirmasi persetujuan Baghdad diperlukan untuk mengirimkan minyak dari Turki.
Baca Juga: Harga Emas Turun Usai Tembus US$ 2.000 Per Ons Troi, Simak Prospeknya ke Depan "Harga minyak jangka pendek kemungkinan akan tetap bergejolak, dipengaruhi oleh gejolak pasar keuangan saat ini, tetapi kami mempertahankan pandangan positif," kata analis UBS Giovanni Staunovo. "Kami terus mengharapkan peningkatan impor dan permintaan minyak mentah China, ditambah produksi Rusia yang lebih rendah, untuk memperketat pasar minyak dan mengangkat harga selama kuartal mendatang." First Citizens BancShares Inc mengatakan akan memperoleh simpanan dan pinjaman dari Silicon Valley Bank, menutup satu bab dalam krisis kepercayaan yang telah merobek pasar keuangan. Ada juga harapan untuk dukungan ekstra untuk pendanaan bank setelah laporan bahwa otoritas Amerika Serikat sedang dalam pertimbangan awal untuk memperluas fasilitas pinjaman darurat. Harga minyak juga mendapat dukungan dari rencana Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia. Langkah tersebut merupakan salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol dan peringatan kepada NATO atas dukungan militernya untuk Ukraina. NATO mengecam Putin atas apa yang disebutnya sebagai retorika nuklirnya yang "berbahaya dan tidak bertanggung jawab".
Baca Juga: Harga Komoditas Energi Anjlok, Harga CPO Terendah Sejak 2022 Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Moskow hampir mencapai target pemotongan produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari (bpd) menjadi sekitar 9,5 juta bpd. Tetapi ekspor minyak mentah Rusia diperkirakan akan tetap stabil karena memangkas produksi kilang pada bulan April, data dari sumber industri dan perhitungan Reuters menunjukkan pada hari Jumat. Ekspor produk minyak Rusia terpukul lebih keras daripada ekspor minyak mentahnya oleh embargo Uni Eropa baru-baru ini, dengan berton-ton solar terjebak di kapal menunggu pembeli. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto