Harga minyak mentah naik, terangkat penurunan stok AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada hari Rabu (27/1) karena penarikan besar-besaran dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Melawan kekhawatiran tentang pandemi virus corona yang terus mengganggu permintaan bahan bakar.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 34 sen menjadi US$ 56,25 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup 24 sen atau 0,5% lebih tinggi pada US$ 52,85 per barel.

Stok minyak mentah AS turun hampir 10 juta barel pekan lalu ke level terendah sejak Maret di 476,7 juta barel karena penurunan tajam dalam impor, kata Administrasi Informasi Energi.


Saham di pusat penyimpanan AS dan titik pengiriman minyak mentah berjangka di Cushing, Oklahoma, turun 2,3 juta barel.

"Pasar dipimpin oleh penurunan signifikan dalam minyak mentah," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Harga minyak telah pulih dari rekor terendah pada bulan April karena meningkatnya permintaan dari bulan-bulan awal pandemi, terutama di China. Serta didukung pemotongan pasokan besar-besaran oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +.

“Minyak terus berkonsolidasi,” kata Jeffrey Halley dari broker OANDA. "Pemotongan Arab Saudi, kepatuhan OPEC + di atas 85% dan permintaan yang tak terpuaskan dari Asia berarti bahwa minyak telah melihat siklus terendahnya untuk tahun 2021."

Baca Juga: Harga emas sentuh level terendah lebih dari sepekan, The Fed pertahankan suku bunga

Harga juga bisa mendapatkan keuntungan dari produksi minyak AS yang lebih rendah sebagai akibat dari peraturan industri yang lebih ketat oleh pemerintahan Biden, yang akan menghentikan sementara sewa minyak dan gas baru di lahan federal dan memotong subsidi bahan bakar fosil saat ia mengejar kebijakan hijau.

"Kami akan mengamati angka-angka produksi ini untuk melihat apakah produsen minyak AS dapat mengatasi lingkungan peraturan yang lebih ketat dan lingkungan pendanaan yang lebih keras serta meningkatkan produksi," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Di sisi lain, jumlah kasus virus corona global telah melampaui 100 juta ketika infeksi meningkat di Eropa dan Amerika. Sementara Asia berjuang untuk menahan wabah baru, yang membebani permintaan dan harga minyak.

China, konsumen minyak terbesar kedua, baru-baru ini melihat kebangkitan viruscorona, tetapi data resmi China menunjukkan 75 kasus baru Covid-19 yang dikonfirmasi pada hari Rabu, kenaikan harian terendah sejak 11 Januari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto