KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah naik hampir US$ 1 per barel pada perdagangan hari ini setelah turun di bawah level support utama pada sesi sebelumnya. Sentimen utama datang karena kebuntuan energi antara Eropa dan Rusia memusatkan pikiran investor pada seberapa ketat pasokan bahan bakar saat ini. Kamis (8/9) pukul 13.30 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent naik 63 sen atau 0,7% menjadi US$ 88,63 per barel, setelah ditutup pada level terendah sejak awal Februari di sesi sebelumnya. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 70 sen atau 0,9% ke US$ 82,64 per barel.
Harga mendapat dukungan dari ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan ekspor minyak dan gas jika batas harga diberlakukan oleh pembeli Eropa. Sebelumnya, Uni Eropa memang mengusulkan pembatasan harga gas Rusia, hanya beberapa jam kemudian, meningkatkan risiko penjatahan di beberapa negara terkaya di dunia jelang musim dingin jika Moskow melakukan ancamannya. Gazprom Rusia telah menghentikan aliran dari pipa Nord Stream 1, memotong sebagian besar pasokan ke Eropa. Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun ke Posisi Terendah 7 Bulan, Brent ke US$88 & WTI US$81,94 Tren harga minyak sedang dibentuk oleh "berbagai kekuatan eksternal seperti pertempuran energi antara negara-negara Barat dan Rusia," kata analis dari Haitong Futures dalam sebuah catatan. Dampak potensial dari setiap kesepakatan atau mengembalikan kesepakatan antara Barat dan Iran pada program nuklir Teheran juga akan signifikan, kata mereka. Sebuah kesepakatan akan membuat sanksi terhadap ekspor minyak Iran dicabut. Di tempat lain, bereaksi terhadap melonjaknya harga energi, Perdana Menteri baru Inggris Liz Truss pada hari Kamis akan membatalkan larangan fracking negara itu dan akan berusaha untuk memanfaatkan lebih banyak cadangannya di Laut Utara, tulis surat kabar Telegraph sebelumnya.