Harga Minyak Mentah Stabil, Senin (29/5): Brent ke US$76,75 dan WTI ke US$72,58



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah stabil pada hari Senin (29/5), setelah para pemimpin Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan plafon utang tentatif, kemungkinan mencegah default di ekonomi dan konsumen minyak terbesar tersebut.

Tetapi kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut membatasi kenaikan harga minyak. Melansir Reuters, harga inyak mentah Brent berjangka turun 20 sen atau 0,2% menjadi US$76,75 per barel pada 1055 GMT.

Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$72,58 per barel, turun 9 sen, atau 0,1%. Perdagangan diperkirakan akan tenang pada hari Senin ini karena hari libur Inggris dan AS.


Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy selama akhir pekan membuat kesepakatan untuk menangguhkan plafon utang US$31,4 triliun dan membatasi pengeluaran pemerintah untuk dua tahun ke depan.

Baca Juga: Harga Minyak Licin, Kinerja Emiten Cerah

Kedua pemimpin menyatakan, keyakinannya bahwa anggota partai Demokrat dan Republik akan memberikan suara untuk mendukung kesepakatan tersebut.

Mencapai kesepakatan dan semakin dekat untuk menghindari gagal bayar utang AS memperbaharui minat investor terhadap aset berisiko seperti komoditas.

Analis mengatakan, kesepakatan sementara telah mengambil tekanan dari pasar, menawarkan reli bantuan untuk aset berisiko, termasuk minyak mentah.

"Kita bisa melihat lebih banyak keuntungan karena reli bantuan sedang berlangsung di pasar keuangan yang lebih luas ketika AS kembali dari akhir pekan Memorial Day," kata Vandana Hari, pendiri Vanda Insights.

Namun, analis melihat setiap kenaikan harga minyak dari kesepakatan utang sebagai berumur pendek.

Federal Reserve mungkin masih akan menaikkan suku bunga pada bulan Juni. "Tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi merupakan angin sakal untuk permintaan minyak mentah," kata analis IG yang berbasis di Sydney Tony Sycamore.

Sementara itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan bertemu pada 4 Juni.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Migas Saat Harga Minyak Terseret Pasokan OPEC+ dan Rusia

Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman memperingatkan, short-seller yang bertaruh bahwa harga minyak akan jatuh untuk "diwaspadai", kemungkinan sinyal bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi lebih lanjut.

Namun, komentar dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengindikasikan produsen minyak terbesar ketiga dunia itu condong ke arah membiarkan produksi tidak berubah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto