Harga minyak mentah sulit mencapai US$ 45



JAKARTA. Setelah Donald Trump dari Partai Republik AS memenangkan sementara penghitungan pemilu Presiden AS, kejatuhan harga minyak dunia WTI terus berlanjut. Meski sudah lebih baik dari posisi saat awal perdagangan tadi, harga minyak gagal capai level US$ 45 per barel lagi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (9/11) pukul 15.45 WIB harga minyak mentah West Texas Intermediate kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange menukik 1,25% di level US$ 44,42 per barel dibanding hari sebelumnya.

Saat ini pelaku pasar masih khawatir mengenai kebijakan ekonomi dan perdagangan yang akan diterapkan Trump nantinya. Kecemasan terbesar datang dari dugaan perbedaan kontras kebijakan di masa datang dengan apa yang selama ini diterapkan oleh Partai Demokrat.


Analisis Citigroup Inc, harga minyak WTI bisa turun hingga US$ 2 per barel dengan kemenangan Trump ini. “Fokus terbesar memang pada kebijakan perdagangan Trump nantinya. Sampai sekarang pasar menilai ada kemungkinan kenaikan tarif impor yang akan diterapkan pada China dan Meksiko yang tentunya akan berpengaruh signifikan pada perdagangan,” jelas Ric Spooner, Chief Market Analyst CMC Markets seperti dikutip dari Bloomberg.

Sedangkan menurut Societe Generale SA, apapun hasil dari pemilu ini akan memberikan dampak bagi harga. Sementara Nomura Holdings Inc menduga nantinya hasil dari rapat OPEC di akhir bulan bisa jadi alasan bagi harga minyak WTI untuk naik lagi.

Hanya saja memang kemenangan Trump ini akan menambah panjang daftar ketidakpastian di pasar global untuk jangka yang lebih panjang,” kata Tushar Tarun Bansal, Director Industry Consultant Ivy Global Energy.

Tidak hanya gejolak Pilpres AS yang menyudutkan harga minyak WTI. Laporan American Petroleum Institute pada Selasa (8/11) lalu menyatakan stok minyak mentah AS naik 4,4 juta barel pekan lalu. Pasar sedang menanti rilis data resmi milik pemerintah dari Energy Information Administration (EIA) malam hari nanti, diprediksi stok hanya naik 1,3 juta barel atau lebih kecil dibanding pekan sebelumnya yang mana mencatat kenaikan sebesar 14,4 juta barel.

Jika ada dukungan positif dari fundamental, ini bisa membantu harga minyak mentah bergerak menyesuaikan posisi pasca kejatuhan yang cukup dalam. Meski bukan berarti mampu membalikkan arah pergerakan yang masih bearish.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia