Harga Minyak Mentah Tergelincir Kekhawatiran Resesi Bergemuruh



KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah melemah pada perdagangan hari ini, dan memangkas kenaikan dari sesi sebelumnya. Sentimen datang dari kekhawatiran resesi global yang membebani pasar bahkan ketika pasokan tetap ketat di tengah produksi OPEC yang lebih rendah, kerusuhan di Libya dan sanksi terhadap Rusia.

Senin (4/7) pukul 10.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent berjangka untuk kontrak pengiriman September 2022 tergelincir 36 sen, atau 0,3%, menjadi US$ 111,27 per barel. Pada Jumat (1/7) melonjak 2,4%.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2022 turun 34 sen atau 0,3% menjadi US$ 108,09 per barel, setelah naik 2,5% pada hari Jumat.


"Kekhawatiran resesi adalah faktor bearish utama yang membatasi lonjakan harga minyak. Kenaikan suku bunga dan penurunan kepercayaan konsumen telah merusak prospek permintaan bahan bakar, sementara data menunjukkan bahwa kapasitas kilang minyak AS telah meningkat," kata analis CMC Markets Tina Teng.

"Selain itu, dolar AS yang kuat juga melemahkan pasar komoditas secara luas, termasuk harga minyak mentah," lanjut dia.

Baca Juga: Tren Negatif Komoditas Logam Mulia Diproyeksikan Berlanjut di Kuartal III-2022

Sentimen konsumen AS turun ke rekor terendah pada bulan Juni meskipun ada sedikit perbaikan dalam prospek inflasi, karena Federal Reserve mengatakan komitmennya untuk mengendalikan inflasi "tanpa syarat" dan meningkatkan kekhawatiran kenaikan suku bunga.

Kekhawatiran pasokan minyak masih tetap ada, mencegah penurunan harga yang lebih curam.

"Pasar energi tetap sarat dengan risiko pasokan spesifik yang membuat short menjadi pengalaman yang menegangkan," kata analis komoditas Commonwealth Bank Tobin Gorey.

Output dari 10 anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Juni turun 100.000 barel per hari (bph) menjadi 28,52 juta barel per hari, dari peningkatan yang dijanjikan sekitar 275.000 barel per hari, survei Reuters menunjukkan.

Penurunan di Nigeria dan Libya mengimbangi peningkatan oleh Arab Saudi dan produsen besar lainnya, dan Libya menghadapi gangguan pasokan lebih lanjut karena meningkatnya kerusuhan politik, membuat kemungkinan OPEC memenuhi kuota produksi yang baru meningkat bahkan lebih tidak mungkin, kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Ekspor Libya telah turun menjadi antara 365.000 barel per hari dan 409.000 barel per hari, turun sekitar 865.000 barel per hari dibandingkan dengan tingkat normal, National Oil Corp mengatakan pekan lalu.

Baca Juga: Inflasi Jadi Momok Menakutkan di Kawasan Asia, Termasuk Indonesia

Dalam pukulan lebih lanjut untuk pasokan, pemogokan yang direncanakan oleh pekerja minyak dan gas Norwegia minggu ini dapat memangkas produksi minyak dan kondensat negara itu sebesar 130.000 barel per hari.

Pedagang akan mengawasi harga resmi untuk Agustus dari eksportir minyak utama Arab Saudi untuk tanda-tanda seberapa ketat pasar, dengan penyuling bersiap untuk kenaikan tajam lainnya mendekati rekor yang ditetapkan pada Mei.

Sembilan sumber penyulingan yang disurvei oleh Reuters memperkirakan harga jual resmi minyak mentah Arab Light andalan Saudi bisa naik sekitar $2,40 per barel dari bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari