Harga minyak mentah tergelincir lonjakan kasus virus corona di China



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah melemah pada perdagangan hari ini karena kekhawatiran tentang penguncian yang dilakukan sejumlah kota di China akibat lonjakan virus corona. 

Namun, pelemahan harga masih tertahan oleh data impor minyak China yang kuat serta rencana paket stimulus besar dari Amerika Serikat (AS). 

Jumat (15/1) pukul 13.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Maret 2021 turun 46 sen atau 0,8% menjadi US$ 55,96 per barel. Pada sesi sebelumnya, harga Brent telah naik 0,6%.


Serupa, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2021 melemah 29 sen atau 0,5% menjadi US$ 53,28 per barel, setelah naik lebih dari 1% pada sesi sebelumnya.

Brent sedang menuju penurunan mingguan pertama dalam tiga minggu. Sementara, harga WTI berada di jalur untuk kenaikan mingguan ketiganya.

Kini produsen minyak menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan dengan kalkulus yang melibatkan peluncuran vaksin versus penguncian. 

Baca Juga: Pertamina uji coba green diesel dan green avtur di Kilang Cilacap

Paket bantuan Covid-19 senilai hampir US$ 2 triliun di AS yang akan diresmikan oleh Presiden terpilih Joe Biden dapat meningkatkan permintaan minyak dari konsumen minyak mentah terbesar dunia. Tetapi data pekerjaan yang lebih buruk dari yang diharapkan membayangi rencana tersebut.

"Dengan paket Biden diimbangi oleh data ketenagakerjaan AS yang lemah, pasar di Asia enggan untuk memaksa harga," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA.

Sementara itu, impor minyak mentah ke China naik 7,3% pada tahun 2020, dengan rekor kedatangan pada kuartal kedua dan kuartal ketiga karena kilang meningkat dan harga rendah mendorong penimbunan. 

Tetapi China melaporkan jumlah kasus Covid-19 harian tertinggi dalam lebih dari 10 bulan pada hari Jumat (15/1). Ini membuat China melakukan lockdown selama seminggu di sejumlah kota dengan 28 juta orang diisolasi dan kematian pertama negara itu akibat virus corona dalam delapan bulan.

"Euforia pasar minyak sangat kuat, tetapi indikator pasar dari Asia beragam," kata RBC Capital Markets.

Selanjutnya: Saham-saham yang banyak diobral asing saat IHSG merosot di sesi I Jumat (15/1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari