KONTAN.CO.ID - Harga minyak kembali turun pada hari Selasa (20/8), menandai penurunan untuk hari ketiga berturut-turut. Setelah Israel menerima proposal untuk menangani perbedaan pendapat yang menghambat kesepakatan gencatan senjata di Gaza, sehingga meredakan kekhawatiran pasokan. Sementara itu, kelemahan ekonomi China terus menekan prospek permintaan.
Harga minyak Brent turun 2 sen atau 0,03% menjadi US$77,64 per barel pada pukul 1236 GMT. Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan depan, yang berakhir pada hari Selasa, turun 4 sen, atau 0,05%, menjadi $74,33.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Selasa (20/8) Siang, Brent ke US$76,99 dan WTI ke US$73,03 Kontrak WTI bulan kedua yang lebih aktif diperdagangkan terakhir turun 5 sen menjadi US$73,61 per barel. Kedua tolok ukur ini turun untuk hari ketiga berturut-turut. "Di satu sisi, likuiditas yang lebih tipis di pasar minyak saat ini, di sisi lain beberapa komentar dari Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tentang kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Gaza, memicu penurunan posisi lindung nilai harga minyak," kata analis UBS Giovanni Staunovo kepada Reuters. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Senin bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menerima "proposal penghubung" yang disampaikan oleh Washington untuk menangani perbedaan yang menghambat kesepakatan gencatan senjata di Gaza, dan mendesak Hamas untuk melakukan hal yang sama. Brent turun sekitar 2,5% pada hari Senin, sementara WTI turun 3%. "Meski negosiasi gencatan senjata sedang berlangsung, bentrokan antara Israel dan Hamas terus berlanjut, dan pasar akan tetap sangat sensitif terhadap perkembangan apa pun di kawasan itu," kata analis senior Rystad Energy, Svetlana Tretyakova.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Kekhawatiran Pasokan Reda Berkat Harapan Gencatan Senjata Timteng "Jika fundamental pasar tidak segera mematahkan tren bearish ini, OPEC+ mungkin enggan untuk mencabut pemotongan sukarela mereka dalam waktu dekat." Di China, kekhawatiran tentang masalah ekonomi menekan harga minyak setelah kuartal kedua yang suram. Ekonomi terbesar kedua di dunia ini kehilangan momentum lebih lanjut pada bulan Juli, dengan harga rumah baru jatuh pada laju tercepat dalam sembilan tahun, output industri melambat, pertumbuhan ekspor dan investasi menurun, dan pengangguran meningkat. "Pelakunya adalah China, di mana kesulitan ekonominya tercermin dalam angka ekspor produk yang menurun, operasi kilang yang lesu, dan permintaan yang berkurang untuk minyak mentah asing," kata analis di broker minyak PVM, Tamas Varga. Di sisi pasokan, produksi di ladang minyak Sharara Libya telah meningkat menjadi sekitar 85.000 barel per hari (bpd) dalam upaya untuk memasok kilang minyak Zawia.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi, Dibayangi Prospek Lesunya Permintaan dari China Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) telah menyatakan force majeure pada ekspor minyak dari ladang tersebut pada 7 Agustus setelah blokade oleh pengunjuk rasa mempengaruhi produksi di ladang 300.000 bpd itu. Di AS, stok minyak mentah diperkirakan turun 2,9 juta barel pekan lalu, menurut jajak pendapat awal Reuters yang dirilis pada hari Senin. Sementara itu, fokus tetap pada jalur kebijakan moneter The Fed. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto