Harga minyak mentah turun hampir 2% gara-gara kenaikan pasokan AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun hampir 2% pada hari Rabu (6/10) setelah mencapai level tertinggi multi-tahun. Kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) mendorong pembeli untuk mengambil nafas setelah kenaikan baru-baru ini.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent mencapai US$83,47 per barel, tertinggi sejak Oktober 2018, tetapi menetap 1,79% lebih rendah pada US$81,08 per barel.

Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik ke US$79,78, tertinggi sejak November 2014, sebelum menetap 1,9% lebih rendah pada US$77,43 per barel.


Departemen Energi AS melaporkan, persediaan minyak mentah AS naik 2,3 juta barel pekan lalu, terhadap ekspektasi untuk penurunan sederhana 418.000 barel.

Baca Juga: Data EIA: Stok minyak mentah dan bensin AS naik pada pekan lalu

Khususnya, produksi AS meningkat menjadi 11,3 juta barel per hari, pulih dari penutupan akibat badai lebih dari sebulan lalu untuk rebound mendekati level tertinggi pandemi. Tetapi masih jauh dari rekor 13 juta barel per hari yang ditetapkan pada 2019.

Dengan perusahaan serpih membatasi pengeboran untuk berkonsentrasi pada pengembalian investor, output AS belum mampu mengimbangi upaya OPEC untuk membatasi ekspor.

“Kami sebagian besar telah pulih dari Badai Ida dalam produksi minyak mentah. Karena OPEC+ tetap rajin dalam mengelola pasar minyak yang mungkin membuka pintu bagi produsen minyak mentah AS," kata Tony Headrick, analis pasar energi di CHS Hedging.

Asal tahu, lonjakan terbaru dalam harga minyak mentah telah didukung oleh penolakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) untuk meningkatkan produksi dan kekhawatiran tentang pasokan energi yang ketat secara global.

Pada hari Senin, OPEC+, memilih untuk tetap dengan rencana untuk meningkatkan produksi secara bertahap dan tidak meningkatkannya lebih jauh seperti yang telah didesak oleh AS dan negara-negara konsumen lainnya.

Baca Juga: Wall Street ditutup naik di tengah optimisme tentang kesepakatan plafon utang AS

“Krisis energi sedang berlangsung dengan musim dingin di belahan bumi utara masih akan dimulai, dan menetapkan panggung untuk harga minyak yang lebih tinggi lagi,” kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Harga minyak mentah Brent telah melonjak lebih dari 50% tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dapat memperlambat pemulihan dari pandemi Covid-19. Gas alam telah melonjak ke rekor puncak di Eropa dan harga batubara dari eksportir utama juga mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Jeffrey Halley, analis di broker OANDA, mengatakan kedua kontrak minyak mentah tampak overbought berdasarkan indikator teknis.

"Itu mungkin menandakan beberapa kemunduran harian minggu ini tetapi tidak mengubah kasus bullish yang mendasari untuk minyak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto