Harga Minyak Mentah Turun Karena Aktivitas Pabrik China Melambat



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah turun setelah data menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur China. Selain itu, pasar juga menanti data pengeluaran konsumsi pribadi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis hari ini.

Kamis (31/8), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk bulan Oktober, yang berakhir pada hari hari ini, turun 0,1% menjadi US$ 85,74 per barel. Sementara harga untuk kontrak pengiriman November yang lebih aktif, turun 0,1%, ke US$ 85,18 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman bulan Oktober turun 0,1% menjadi US$ 81,58 per barel.


Aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut pada bulan Agustus, menurut survei pabrik resmi pada hari Kamis. Ini memicu kekhawatiran seputar lemahnya data ekspansi baru-baru ini di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

Indeks manajer pembelian resmi (PMI) naik menjadi 49,7 dari 49,3 pada bulan Juli, menurut Biro Statistik Nasional, tetap berada di bawah level 50 poin yang membatasi kontraksi dan ekspansi.

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat di Tengah Penurunan Pasokan Minyak Mentah AS

Prospek pasokan minyak AS yang lebih ketat mendukung harga pada sesi sebelumnya, namun hal ini dihadapkan pada hambatan dalam kondisi permintaan, kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

“Secara keseluruhan, faktor-faktor yang saling bertentangan memaksa harga menjadi ragu-ragu hari ini, yang selanjutnya disebabkan oleh sikap menunggu dan melihat (wait-and-see) karena fokus beralih ke rilis PCE inti AS malam ini,” kata Yeap.

Investor mengamati angka inflasi yang diukur dengan pengeluaran konsumsi pribadi AS, yang akan dirilis pada hari Kamis.

Untuk saat ini, harga minyak menuju kenaikan mingguan, dengan data pemerintah AS menunjukkan pasokan minyak mentah lebih sedikit dari perkiraan, sementara kudeta militer di Gabon, salah satu anggota OPEC, juga meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak mentah.

Para analis memperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang pemotongan minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari selama tiga bulan berturut-turut hingga bulan Oktober, menambah pemotongan yang dilakukan oleh OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia.

Sementara itu, pemerintah AS telah merevisi turun kenaikan produk domestik bruto menjadi 2,1% pada kuartal lalu, dari laju 2,4% yang dilaporkan bulan lalu, dan data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan pertumbuhan gaji swasta melambat secara signifikan pada bulan Agustus.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham ARTO, SMRA, SMGR, MAPA, DRMA, dan IMAS untuk Kamis (31/8)

Federal Reserve dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya jika pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi terus melambat pada kecepatan bertahap saat ini, kata mantan presiden Fed Boston pada hari Rabu.

“Berita buruk itu baik, karena data ekonomi AS yang lebih lemah menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga lagi,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan. Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan dan menekan harga minyak.

Editor: Anna Suci Perwitasari