Harga minyak mentah turun lebih dari 1% setelah lonjakan kasus corona di AS dan China



KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak turun lebih dari 1% pada awal perdagangan hari ini. Tekanan pada emas hitam datang setelah lonjakan kasus virus corona baru di China dan Amerika Serikat (AS) memperbaharui kekhawatiran bahwa masyarakat tetap memilih tinggal di rumah dan menunda pemulihan permintaan terhadap bahan bakar. 

Mengutip Reuters, Kamis (18/7) pukul 07.45 WIB, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juli 2020 di Nymex turun 1,6% atau 60 sen menjadi US$ 37,36 per barel. 

Serupa, harga minyak mentah berjangka Brent kontrak pengiriman Agustus 2020 di ICE Futures turun 1,1%, atau 45 sen ke US$ 40,26 per barel. 


Baca Juga: Harga minyak mentah ditutup melemah setelah stok minyak AS kembali rekor

Sentimen negatif bagi harga minyak datang setelah kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang tetap lemah saat lonjakan kasus virus corona menyebabkan Beijing membatalkan penerbangan dan menutup sekolah. 

Kenaikan tajam dalam jumlah kasus baru virus corona juga terjadi di beberapa negara bagian AS, termasuk Texas, Florida dan California. Selain itu, kasus baru di kawasan Amerika Latin pun cenderung belum mereda. 

Di saat yang sama, stok minyak mentah AS naik ke rekor tertinggi untuk dua minggu berturut-turut. Hal tersebut membuat penurunan persediaan bensin dan sulingan, yang meliputi diesel dan minyak pemanas, tak lagi diperhatikan. 

"Orang-orang khawatir tentang virus corona yang muncul kembali di China dan stok minyak mentah naik," kata Lachlan Shaw, Head of Commodity Research National Australia Bank.

Baca Juga: Harga minyak mentah semakin melemah, Brent turun 2,2% dan WTI melemah 2,9%

Walau harga merosot, analis tetap memperkirakan harga minyak akan berada di kisaran US$ 35 hingga US$ 40 per barel. Ini berkat kesepakatan OPEC+ yang berpegang teguh pada pemotongan pasokan yang dijanjikan. 

Sementara itu, produsen minyak AS juga menahan produksi, dan berharap permintaan bahan bakar secara bertahap membaik.

"Ini akan naik turun, bergeser sedikit untuk sementara waktu sambil menanti keseimbangan baru berkat pemotongan produksi dari OPEC dan sekutu serta sambil melihat pemulihan di Amerika Serikat," pungkas Shaw.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari