Harga Minyak Mentah Turun Makin Dalam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia turun semakin dalam. Berdasarkan data barchart.com, harga minyak WTI kontrak pengiriman dengan volume terbanyak, yakni Januari 2023 berada di level US$ 73,84 per barel pada Senin (28/11) pukul 18.05 WIB.

Dalam lima hari terakhir, harga minyak WTI turun 7,74%. Dalam sebulan terakhir, harga minyak WTI merosot lebih dari 13% dibanding level sebelumnya di sekitar US$ 86 per barel.

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, penurunan harga minyak mentah yang terjadi belakangan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap turunnya permintaan dari China akibat peningkatan kasus Covid-19 di negara tersebut. Kenaikan kasus ini membuat pemerintah memberlakukan lockdown yang pada akhirnya membatasi aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.


Sampai dengan akhir tahun 2022, perkembangan kasus Covid-19 di China serta kebijakan penanganannya masih akan menjadi sentimen yang memengaruhi pergerakan harga minyak mentah. Sikap OPEC+ dalam menyikapi penurunan harga minyak ini juga akan menjadi perhatian pasar.

Baca Juga: Ada Dampak Lanjutan Kenaikan Harga BBM, Inflasi November Diprediksi Capai 0,17%

Menurut Lukman, sangat besar kemungkinan OPEC+ akan kembali memangkas produksi apabila harga minyak mentah di bawah US$ 70 per barel. "Di harga itu pun, Amerika Serikat akan membeli banyak untuk mengisi cadangan strategis mereka yang turun besar setahun terakhir," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (28/11).

Lukman memprediksi, harga minyak mentah di akhir 2022 idealnya ada di kisaran US$ 75-US$ 80 per barel. Sementara pada tahun 2023, harga minyak mentah diprediksi berada di rentang U$$ 70-US$ 80 per barel, cenderung tertekan tapi tidak jauh dari level sekarang.

Kebijakan zero-Covid di China, potensi perlambatan ekonomi global, dan perkembangan perang Rusia-Ukraina masih akan menjadi sentimen yang memengaruhi pergerakan harga minyak mentah. Selebihnya tergantung pada kebijakan produksi OPEC+.

"Saya memprediksi produksi OPEC+ tahun 2023 masih akan seimbang, yakni di kisaran 100 juta-101 juta barel per hari, kecuali kalau permintaan dari China ada penurunan besar akibat lockdown," ucap Lukman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati