Harga Minyak Mentah Turun Pagi Ini, Brent ke US$ 118,98 dan WTI ke US$ 116,79



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sedikit turun pada hari perdagangan Jumat (17/6) karena kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, ketidakpastian membebani pasar menyusul berbagai kenaikan suku bunga di seluruh dunia pada pekan ini.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 83 sen atau 0,8% menjadi US$ 118,98 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun menjadi US$ 116,79 per barel turun 80 sen atau 0,7%.

Jika kerugian bertahan sepanjang hari, minyak mentah Brent akan mencatat penurunan mingguan pertama dalam lima minggu. Sementara minyak mentah WTI akan mengalami penurunan pertama dalam delapan minggu.


Baca Juga: Harga Minyak Rebound karena Sanksi Baru Iran Memicu Lebih Banyak Kekhawatiran Pasokan

Bank sentral di seluruh Eropa menaikkan suku bunga pada hari Kamis, beberapa dengan jumlah yang mengejutkan pasar, dan mengisyaratkan biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk menjinakkan inflasi yang melonjak yang mengikis tabungan dan menekan keuntungan perusahaan.

Bank sentral Argentina menaikkan suku bunga acuannya paling banyak dalam tiga tahun pada hari Kamis, karena negara Amerika Selatan itu memerangi inflasi yang mencapai lebih dari 60%.

Pergerakan itu terjadi setelah kenaikan suku bunga 75 basis poin minggu ini oleh Federal Reserve AS, tertinggi sejak 1994.

Petinggi Federal Reserve kurang percaya diri sejak puncak pandemi tentang apa yang akan terjadi dengan ekonomi, data menunjukkan.

Wall Street juga ditutup melemah tajam pada hari Kamis dalam aksi jual luas karena kekhawatiran resesi tumbuh.

Badan Energi Internasional pada hari Rabu juga memperingatkan bahwa harga minyak yang tinggi dan perkiraan ekonomi yang melemah meredupkan prospek permintaan di masa depan.

Investor juga tetap fokus pada pasokan yang ketat setelah Amerika Serikat mengumumkan sanksi baru terhadap Iran.

"Rebound dalam sentimen permintaan China dan ekspektasi peningkatan musiman dalam permintaan minyak OECD hingga Agustus membuat risiko harga naik hingga kuartal ketiga 2022," kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto