Harga Minyak Mentah Turun Selasa (13/8), Brent ke US$81,52 dan WTI ke US$79,33



KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun pada Selasa (13/8), menghentikan kenaikan selama lima hari berturut-turut. Ketika pasar kembali fokus pada kekhawatiran permintaan setelah OPEC pada Senin (12/8) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan untuk tahun 2024 karena ekspektasi yang melemah di China.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent, yang menjadi acuan global, turun 78 sen, atau 0,95%, menjadi US$81,52 per barel pada pukul 03.30 GMT.

Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun menjadi US$79,33 per barel, turun 73 sen, atau 0,91%.


Brent naik lebih dari 3% pada Senin dan minyak mentah berjangka AS naik lebih dari 4%.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Diprediksi Menguat Pekan Ini, Kendati Dibayangi Pembalikan Arah

Pengurangan proyeksi permintaan global oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk tahun 2024 menyoroti dilema yang dihadapi kelompok OPEC+ yang lebih luas dalam meningkatkan produksi mulai Oktober.

Pemangkasan proyeksi OPEC untuk tahun 2024 ini adalah yang pertama sejak proyeksi dibuat pada Juli 2023 dan terjadi setelah tanda-tanda yang semakin jelas bahwa permintaan di China tertinggal dari ekspektasi karena konsumsi solar yang merosot serta krisis di sektor properti yang menghambat ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

"Kekhawatiran permintaan minyak mentah tetap menjadi perhatian," kata Yeap Jun Rong, market strategist di IG, menambahkan bahwa masih ada keraguan menjelang data inflasi AS yang akan datang.

"Setiap indikasi meningkatnya risiko ekonomi dapat membebani harga minyak, pada saat OPEC+ telah memangkas proyeksi permintaan mereka untuk tahun 2024 dan bersiap untuk mengurangi pemotongan produksi mulai Oktober, yang dapat menunjukkan pasar minyak yang kurang ketat ke depannya," tambah Yeap.

Baca Juga: AS Bersiap Hadapi Kemungkinan Serangan Besar Iran dan Proksinya ke Israel Pekan Ini

Namun, investor tetap waspada terhadap ketegangan geopolitik terbaru.

Konflik di Timur Tengah telah meningkat, dengan AS bersiap menghadapi serangan signifikan oleh Iran atau proksi-proksinya di kawasan tersebut yang dapat terjadi secepatnya minggu ini, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby pada Senin.

Setiap serangan dapat memperketat akses terhadap pasokan minyak mentah global dan meningkatkan harga.

Sebuah serangan juga dapat menyebabkan Amerika Serikat memberlakukan embargo pada ekspor minyak mentah Iran, yang berpotensi mempengaruhi pasokan sebanyak 1,5 juta barel per hari, kata para analis.

Pasar juga tengah bersiap untuk laporan indeks harga konsumen AS pada Rabu, yang akan memberikan gambaran penting tentang inflasi, dengan investor kini khawatir bahwa angka CPI yang terlalu rendah akan memicu kekhawatiran akan penurunan ekonomi.

Baca Juga: Harga Minyak Turun di Selasa (13/8) Pagi Setelah Mencatat Kenaikan Harian Tertinggi

Pasar uang memberikan peluang yang seimbang antara pemotongan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin oleh The Fed pada bulan September, dengan ekspektasi pelonggaran total sebesar 100 basis poin pada akhir 2024, menurut CME's FedWatch Tool.

Pemotongan suku bunga cenderung meningkatkan aktivitas ekonomi, yang pada gilirannya meningkatkan penggunaan sumber energi seperti minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto