KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun pada hari Senin (19/8), dengan Brent tetap di bawah US$80 karena kekhawatiran atas permintaan dari importir minyak terbesar, China, membebani sentimen pasar. Melansir
Reuters, minyak mentah Brent turun 63 sen atau 0,8%, menjadi US$79,05 per barel pada pukul 11:29 GMT. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 71 sen, atau 0,9%, menjadi US$75,94 per barel. Kedua patokan harga minyak mentah tersebut turun hampir 2% pada hari Jumat lalu ketika investor meredam ekspektasi pertumbuhan permintaan dari China.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Senin (19/8) Sore, Brent ke US$79,23 dan WTI ke US$76,07 Namun pada akhirnya tidak banyak berubah dari minggu sebelumnya setelah data AS menunjukkan bahwa inflasi moderat meskipun belanja ritel tetap kuat. "Kekhawatiran terus-menerus tentang lambatnya permintaan di China menyebabkan penjualan besar-besaran," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, menambahkan bahwa mendekati akhir musim mengemudi puncak di Amerika Serikat juga menjadi faktor yang membebani harga. Namun, risiko pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah dan eskalasi perang Rusia-Ukraina tetap mendukung pasar, tambahnya. Data bea cukai pada akhir pekan menunjukkan, ekspor diesel dan bensin China turun tajam pada Juli, mencerminkan tingkat pemrosesan minyak mentah yang lebih rendah karena margin keuntungan yang lemah. Pada hari Kamis, data juga menunjukkan bahwa ekonomi China kehilangan momentum pada Juli, dengan harga rumah baru turun pada laju tercepat dalam sembilan tahun, produksi industri melambat, dan pengangguran meningkat.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Perdagangan Senin (19/8) Pagi Hal ini menambah kekhawatiran di kalangan pedagang tentang penurunan permintaan dari China, di mana kilang-kilang melakukan pemotongan tajam terhadap tingkat pemrosesan minyak mentah bulan lalu di tengah permintaan bahan bakar yang lesu. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Tel Aviv pada hari Minggu (18/8) dalam tur Timur Tengah lainnya untuk mendorong gencatan senjata di Gaza, namun Hamas meragukan misi tersebut dengan menuduh Israel merusak upayanya. Negara-negara mediator - Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir - sejauh ini gagal mempersempit perbedaan yang cukup untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa bulan negosiasi yang berjalan lambat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto