KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun pada hari Senin (8/7) setelah naik selama empat minggu. Prospek kesepakatan gencatan senjata di Gaza meredakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Sementara pasar menilai potensi gangguan pasokan energi Amerika Serikat (AS) akibat Badai Tropis Beryl. Melansir
Reuters, harga minyak Brent turun 36 sen atau 0,4% menjadi US$86,18 per barel pada pukul 0646 GMT.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (ETI) berada di US$82,71 per barel, turun 45 sen, atau 0,5%. Pembicaraan mengenai rencana gencatan senjata AS yang bertujuan mengakhiri perang sembilan bulan di Gaza sedang berlangsung, dimediasi oleh Qatar dan Mesir. "Jika ada sesuatu yang konkret dari pembicaraan gencatan senjata, itu akan menghilangkan beberapa dorongan geopolitik dari pasar untuk saat ini," kata analis IG Tony Sycamore yang berbasis di Sydney.
Baca Juga: Pelabuhan Terbesar di Texas Tutup saat Badai Tropis Beryl Mendekat Pelabuhan Corpus Christi, Houston, Galveston, Freeport, dan Texas City ditutup pada hari Minggu (7/7) untuk mempersiapkan Badai Beryl, yang diperkirakan akan mendarat di tengah pantai Texas antara Galveston dan Corpus Christi pada hari Senin. Penutupan pelabuhan dapat menghentikan sementara ekspor minyak mentah dan gas alam cair, pengiriman minyak ke kilang, dan pengiriman bahan bakar motor dari pabrik-pabrik tersebut. "Meski ini menempatkan beberapa produksi minyak dan gas lepas pantai dalam risiko, kekhawatiran ketika badai mendarat adalah potensi dampaknya terhadap infrastruktur kilang," kata analis ING yang dipimpin oleh Warren Patterson dalam sebuah catatan. "Setiap gangguan yang berarti pada operasi kilang Texas kemungkinan akan mendukung celah produk olahan." Sycamore dari IG mengatakan ada juga kemungkinan data AS menunjukkan penurunan mingguan besar lainnya dalam persediaan minyak AS di tengah musim berkendara puncak, yang akan mendukung harga minyak. Minyak WTI naik 2,1% minggu lalu setelah data dari Energy Information Administration menunjukkan, stok minyak mentah dan produk olahan turun dalam minggu yang berakhir 28 Juni. "WTI memiliki performa yang sangat baik, setelah naik 15% dari posisi terendah awal Juni," kata Sycamore, menambahkan bahwa tolok ukur tersebut dapat melihat resistensi kuat antara US$85,50 dan US$87,50 berdasarkan grafik teknis.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) Juni 2024 Turun Jadi US$ 79,31 per Barel Jumlah rig minyak yang beroperasi di AS tidak berubah pada 479 minggu lalu, mempertahankan posisi terendahnya sejak Desember 2021, menurut Baker Hughes dalam laporan mingguan pada hari Jumat. Harga minyak juga didukung minggu lalu oleh harapan pemotongan suku bunga setelah data AS pada hari Jumat menunjukkan inflasi mereda dan pertumbuhan pekerjaan melambat. Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak mentah.
Investor juga mengawasi dampak dari pemilu di Inggris, Prancis, dan Iran minggu lalu pada geopolitik dan kebijakan energi. Prancis menghadapi potensi kebuntuan politik setelah pemilu pada hari Minggu menghasilkan parlemen yang tergantung. Sementara Iran memilih Masoud Pezeshkian sebagai presiden baru mereka, seorang moderat relatif yang mengalahkan saingan garis keras dalam pemilu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto