KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak turun tipis pada hari Jumat tetapi berada di jalur untuk naik hampir 4% di pekan ini. Hal tersebut didorong oleh pernyataan International Energy Agency (IEA) yang merevisi perkiraan permintaan minyak tahun 2024 yang lebih tinggi dan penurunan stok Amerika Serikat (AS) yang tidak terduga. Jumat (15/3) pukul 15.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2024 yang turun 0,4% menjadi US$ 85,04 per barel, setelah melewati US$ 85 per barel untuk pertama kalinya sejak November pada hari Kamis (14/3). Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2024 turun 35 sen atau 0,4% menjadi US$ 80,91 per barel.
Sentimen bagi harga minyak datang saat IEA mengangkat pandangannya mengenai permintaan minyak pada tahun 2024 untuk keempat kalinya, sejak November 2023, karena serangan Houthi mengganggu pengiriman Laut Merah. Permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 1,3 juta barel per hari pada tahun 2024, kata IEA dalam laporan terbarunya. Proyeksi itu naik 110.000 barel per hari dari bulan lalu. Baca Juga: Harga Minyak Dunia Berada di Jalur Kenaikan Sekitar 4% pada Akhir Minggu Ini IEA memperkirakan akan terjadi sedikit defisit pasokan tahun ini setelah anggota OPEC+ memperpanjang pengurangan pasokan, dari surplus sebelumnya. Analis ANZ juga mencatat bahwa pemanfaatan kilang minyak AS diperkirakan akan meningkat. “Kilang mulai beroperasi setelah menutup kapasitasnya pada bulan Januari karena pembekuan musim dingin,” tulis mereka dalam sebuah laporan pada hari Jumat. “Margin kilang di Eropa juga meningkat,” kata mereka, seraya menambahkan bahwa ada tanda-tanda “pengetatan keseimbangan pasar.” Sementara itu, kenaikan minggu ini terjadi meskipun dolar AS menguat pada laju tercepatnya dalam delapan minggu. Dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya. Katalis lain yang juga mendukung harga minyak minggu ini adalah serangan Ukraina terhadap kilang minyak Rusia, yang menyebabkan kebakaran di kilang terbesar Rosneft dalam salah satu serangan paling serius terhadap sektor energi Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Stok minyak mentah AS juga turun secara tak terduga pada minggu lalu karena kilang meningkatkan pemrosesan sementara persediaan bensin merosot karena permintaan meningkat, Energy Information Administration (EIA) mengatakan pada hari Rabu.