Harga minyak merangkak naik jelang pertemuan OPEC+ akhir bulan ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mulai menanjak setelah tertekan pada pekan lalu. Senin (10/6) pukul 7.23 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 54,47 per barel, menguat 0,89% ketimbang harga penutupan akhir pekan lalu pada US$ 53,99 per barel.

Pergerakan serupa terjadi pada harga minyak brent untuk pengiriman Agustus 2019 di ICE Futures. Harga minyak acuan internasional ini menguat 0,68% ke US$ 63,72 per barel ketimbang posisi akhir pekan lalu pada US$ 63,29 per barel.

Kamis lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa meski Rusia memiliki perbedaan pandangan soal harga wajar minyak, Rusia akan bersepakat dengan OPEC soal produksi dalam pertemuan beberapa pekan mendatang.


Pertemuan OPEC+ akan berlangsung di Wina, Austria pada akhir Juni atau awal Juli untuk menentukan keputusan tingkat produksi semester kedua. Pada semester pertama 2019 ini, OPEC+ memangkas produksi minyak 1,2 juta barel per hari atau lebih dari 1% produksi minyak global.

Putin mengatakan, harga minyak minimal untuk menutup anggaran Rusia adalah US$ 40 per barel. Tapi, Rusia pun menerima harga US$ 60 per barel-US$65 per barel. Sementara menurut Dana Moneter Internasional (IMF), Arab Saudi perlu harga minyak sekitar US$ 80 per barel-US$ 85 per barel untuk menyeimbangkan anggaran tahun ini.

Meski Amerika Serikat (AS) terus menambah pasokan, tapi produksi minyak AS dalam setahun terakhir berfokus pada super-light oil. Para trader minyak mengatakan bahwa pasokan heavy crude yang berkurang menyebabkan perusahaan penyulingan minyak harus menghadapi mismatch untuk produksi minyak olahan.

Sekadar informasi, heavy crude antara lain diproduksi di Venezuela, Meksiko, Kanada, Kuwait, dan Arab Saudi. "Ini adalah masalah struktural yang tidak akan hilang dalam beberapa waktu. Perusahaan pengolahan minyak menginginkan heavy crude dan produsen menyediakan light oil,"kata Jennifer Rowland, analis Edward Jones seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati