Harga Minyak Merosot ke Bawah US$ 70 Per Barel, Ini Pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terpantau merosot ke bawah US$ 70 per barel. Penurunan harga minyak dipicu pemulihan produksi Libya dan suramnya data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2024 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 69,93 per barel pada Rabu (4/9) pukul 10.24 WIB, turun 0,58% dibanding sehari sebelumnya. 

Research and Development ICDX Yoga Tirta mengatakan, merosotnya harga minyak dipicu oleh potensi pemulihan produksi Libya secara penuh di tengah rencana peningkatan output OPEC+. Selain itu, rilisnya data ekonomi terbaru AS dan China yang suram juga turut memberikan tekanan di sisi permintaan.


Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok Hampir 5%, ke Level Terendah Sejak Desember 2023

Konflik di Libya yang dipicu oleh perebutan kendali atas bank sentral menunjukkan tanda mereda, pasca Dewan Perwakilan Rakyat di Benghazi, Libya timur, dan Dewan Negara Tinggi di Tripoli, Libya barat menandatangani pernyataan bersama. Keduanya menyepakati untuk menunjuk gubernur bank sentral dan dewan direksi dalam waktu 30 hari.

Selain itu, kedua faksi juga sepakat untuk memperpanjang pertemuan selama lima hari, yang berakhir pada 9 September. Berita tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa Libya akan segera dapat melanjutkan produksi secara penuh.

"Di sisi lain juga memicu kekhawatiran akan terjadinya pasokan terlebih di pasar karena OPEC+ berencana untuk mulai mengembalikan 2,2 juta bph dari pemotongan sukarela ke pasar mulai Oktober," tulisnya dalam riset, Rabu (4/9).

Sentimen negatif lainnya datang dari survei yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM), yang menunjukkan PMI manufaktur AS naik menjadi 47,2 pada bulan Agustus dari 46,8 pada bulan Juli, level pertumbuhan terendah sejak November.

"Angka PMI di bawah 50 mengindikasikan kontraksi di sektor manufaktur, yang menyumbang 10,3% dari perekonomian AS," terangnya.

Surevi ISM juga menunjukkan pesanan baru turun menjadi 44,6 di bulan Agustus dari 47,4 pada bulan Juli. Selain itu, Biro Sensus Departemen Perdagangan pada hari Selasa merilis laporan belanja konstruksi yang turun 0,3% pada bulan Juli setelah tidak berubah pada bulan Juni.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Selasa (3/9), Permintaan Lemah Kalahkan Blokade di Libya

Turut membebani pergerakan harga lebih lanjut, pertumbuhan aktivitas sektor jasa China melambat pada bulan Agustus, merosot turun ke angka 51,6 dari 52,1 pada bulan Juli. Melambatnya laju ekspansi sektor jasa itu terjadi di tengah puncak perjalanan musim panas, yang mendorong beberapa perusahaan untuk memangkas staf di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya biaya.

Saat ini pasar memantau laporan mingguan stok minyak dari grup industri API, yang tertunda perilisannya karena libur perayaaan Hari Buruh pada hari Senin. Laporan itu biasanya dijadikan gambaran awal untuk melihat arah permintaan di pasar energi AS, sebelum dirilisnya laporan resmi versi pemerintah oleh badan statistik EIA.

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 72 per barel. 

"Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 67 per barel," tutup Yoga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi