Harga minyak merosot ke level terendah dalam empat tahun terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak merosot lagi ke level terendah sejak Januari 2016. Senin (2/3) pukul 7.02 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 44,42 per barel.

Harga minyak ini turun 0,76% ketimbang harga penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Jumat (28/2) lalu harga minyak WTI Ini adalah penurunan harga minyak merosot 4,95% dalam sehari.

Hingga hari ini, harga minyak sudah turun dalam tujuh hari perdagangan berturut-turut. Penurunan pada periode tujuh hari pun terjadi pada minyak brent. Harga minyak brent untuk pengiriman Mei 2020 di ICE Futures pagi ini turun 0,95% ke US$ 49,20 per barel.


Baca Juga: Digerus profit taking, harga emas dan logam mulia lain bakal volatil sementara

Dalam tujuh hari perdagangan, harga minyak brent mengakumulasi penurunan 16,33% dan minyak WTI mengakumulasi penurunan 17,56%.

Penurunan harga minyak ini masih tak terbendung. Menurut sumber Reuters, OPEC berniat memangkas lagi pasokan minyak pada pertemuan pekan ini, baik dengan atau tanpa dukungan Rusia. "Arab Saudi ingin menahan penurunan harga tapi Rusia tidak sepakat. Jadi, satu-satunya jalan mungkin OPEC akan memangkas tanpa Rusia, yang tidak akan mengirim sinyal baik ke pasar," kata sumber tersebut.

Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa harga minyak saat ini masih bisa diterima oleh anggaran Rusia. Putih mengatakan bahwa Rusia memiliki sumber daya yang cukup untuk menghadapi penurunan ekonomi global.

Baca Juga: Jelang pengumuman BPS, simak prediksi para ekonom tentang inflasi Februari 2020

OPEC dan sekutunya dijadwalkan bertemu di Wina, Austria pada 5-6 Maret untuk menyepakati kebijakan produksi minyak. Pemangkasan produksi tanpa Rusia bisa berarti berakhirnya kerjasama antara OPEC dan Rusia. Hal ini akan dihindari oleh Arab Saudi dan anggota utama OPEC lainnya.

Rusia memiliki catatan menyetujui langkah OPEC+ pada menit-menit terakhir.

Sementara Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman bulan lalu mengatakan bahwa tidak masuk akal jika Saudi berniat memecah sekutu dengan Rusia pada OPEC+. Dia juga mengatakan bahwa OPEC+ akan merespons dengan bertanggung jawab terhadap penyebaran virus corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati