Harga Minyak Naik 1% dan Hentikan Penurunan Beruntun Usai Saudi dan Rusia Bertemu



KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Harga minyak ditutup menguat 1% dan mengakhiri penurunan beruntun dalam tiga sesi sebelumnya. Sokongan utama bagi harga minyak datang setelah laporan bahwa Arab Saudi dan Rusia bertemu untuk membahas cara meningkatkan stabilitas pasar.

Kamis (16/3), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2023 ditutup naik US$ 1,37 atau 1% ke US$ 74,70 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2023 ditutup naik 74 sen atau 1,1% ke US$ 68,35 per barel.


Media pemerintah Saudi melaporkan bahwa Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman dan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak bertemu di ibu kota Saudi untuk membahas upaya kelompok OPEC+ untuk menjaga keseimbangan pasar.

Kedua negara tetap berkomitmen pada keputusan OPEC+ Oktober lalu untuk memangkas target produksi sebesar 2 juta barel per hari hingga akhir 2023, kata laporan tersebut.

Baca Juga: Prospek Harga Minyak Dunia Setelah Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB)

"Berita itu membangkitkan semangat di pasar, dan itu diharapkan dengan aksi jual yang telah kita lihat selama beberapa sesi terakhir," kata John Kilduff, partner di Again Capital.

Di awal sesi Kamis, kedua kontrak minyak mentah sempat turun lebih dari US$ 1 per barel dan mendekati posisi terendah dalam 15 bulan. Pada hari Rabu (15/3), harga minyak mentah AS turun di bawah US$ 70 per barel untuk pertama kalinya sejak 20 Desember 2021.

Harga minyak juga didukung oleh pemulihan yang lebih luas di pasar keuangan setelah Credit Suisse ditopang oleh regulator Swiss, dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen meyakinkan anggota parlemen bahwa sistem perbankan AS tetap sehat.

Di sisi lain, indeks dolar AS melemah pada hari Kamis, membuat harga minyak yang berdenominasi the greenback lebih murah bagi pemegang mata uang asing dan meningkatkan permintaan.

Baik OPEC dan International Energy Agency (IEA) di pekan ini memperkirakan permintaan minyak yang lebih kuat, tetapi kekhawatiran kelebihan pasokan terus membebani pasar.

IEA mengatakan, stok minyak komersial di negara-negara maju OECD telah mencapai level tertinggi dalam 18 bulan. Sedangkan, produksi minyak Rusia pada Februari tetap mendekati level yang tercatat sebelum perang di Ukraina, meskipun ada sanksi atas ekspor lintas lautnya.

Baca Juga: Wall Street Rebound: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Menguat Tajam

"Sentimen pasar tetap rapuh karena investor terus mempertimbangkan perkembangan terbaru di sektor perbankan baik di AS maupun di Eropa," kata Fiona Cincotta, Analis Pasar Keuangan Senior di City Index.

Keputusan European Central Bank untuk menaikkan suku bunga, seperti yang diharapkan, juga membebani harga minyak.

Perdagangan minyak akan terus bergejolak, terutama jika bank sentral lain bertahan dengan kenaikan suku bunga, kata Craig Erlam, analis OANDA.

"Pihak berwenang mungkin telah memberikan dukungan mereka di belakang sektor perbankan sambil mengelola keruntuhan lembaga tingkat menengah di AS, tetapi para pedagang jauh dari yakin bahwa yang terburuk ada di belakang kita," kata Erlam.

Editor: Anna Suci Perwitasari