Harga Minyak Naik 1% Karena Serangan Timur Tengah Meningkatkan Kekhawatiran Pasokan



KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak naik lebih dari 1% pada hari Kamis (24/10). Penguatan ini membalikkan sebagian penurunan di hari sebelumnya. Konflik Timur Tengah dan laporan pasukan Korea Utara siap membantu Rusia di Ukraina membuat para pelaku pasar waspada menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

Kamis (24/10) pukul 16.05 WIB, harga minyak mentah Brent berjangka naik US$ 1,26 atau 1,7% menjadi US$ 76,22 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$ 1,26 atau 1,8% menjadi US$ 72,03 per barel.

Harga minyak telah naik sekitar 4% minggu ini setelah turun lebih dari 7% minggu lalu karena kekhawatiran kelebihan pasokan dan permintaan yang lemah serta ketegangan Timur Tengah yang dirasakan mereda.


"Kekuatan yang saling bertentangan berupa kecemasan ekonomi, ketidakseimbangan minyak, dan potensi gangguan pasokan terkait perang akan memastikan bahwa tidak ada arah harga minyak yang jelas muncul dalam waktu dekat sementara risikonya tetap condong ke sisi negatif dalam jangka menengah," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Negara-Negara Besar Dorong Gencatan Senjata dan Bantuan untuk Lebanon

Pada hari Rabu, AS mengatakan untuk pertama kalinya telah melihat bukti Korea Utara telah mengirim 3.000 tentara ke Rusia untuk kemungkinan penempatan di Ukraina. Langkah Korea Utara dapat menandai eskalasi signifikan dalam perang Rusia melawan tetangganya.

Di Timur Tengah, baku tembak hebat antara Israel dan Hizbullah meningkatkan kekhawatiran pasokan. Israel juga menghantam ibu kota Suriah, Damaskus, pada Kamis pagi, menurut laporan media pemerintah Suriah.

Eskalasi itu terjadi saat Washington mendorong perdamaian antara Israel dan kelompok-kelompok yang didukung Iran, Hizbullah, dan Hamas, sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November yang dapat mengubah kebijakan Timur Tengah dan minyaknya.

"Trump unggul atas (Kamala) Harris berdasarkan data terkini dari pasar taruhan dan Trump telah mengusulkan menjadikan AS sebagai pemasok minyak utama," kata analis pasar senior OANDA, Kelvin Wong. Dia menambahkan bahwa realisasi usulan ini dapat menekan harga.

Sementara pasar taruhan menempatkan Trump di depan, jajak pendapat lain menunjukkan hasilnya saat ini terlalu ketat untuk diprediksi.

Selanjutnya: Aktor Ron Ely, Bintang Serial TV Tarzan Meninggal Dunia pada Usia 86 Tahun

Menarik Dibaca: Daftar 7 Bahan Makanan yang Tak Boleh Dibeli dalam Jumlah Banyak, Kok Bisa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati