KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun tipis pada hari Jumat, tetapi menuju kenaikan mingguan. Kenaikan harga minyak ini disokong oleh ketegangan yang terus berlanjut di Timur Tengah setelah Israel menolak tawaran gencatan senjata dari Hamas. Jumat (9/2) pukul 14.12 WIB, harga minyak Brent kontrak April 2024 turun tipis ke US$ 81,52 per barel setelah kemarin ditutup pada US$ 81.63 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan ini melesat 5,42%. Harga minyak West Texas Intermediate Amerika Serikat (AS) kontrak Maret 2024 di New York Mercantile Exchange stagnan di US$ 76,22 per barel. Tetapi dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini melonjak 5,45%.
Kedua patokan tersebut naik sekitar 3% pada hari Kamis (8/2) ketika pasukan Israel mengebom kota perbatasan selatan Rafah setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak proposal untuk mengakhiri perang di daerah kantong Palestina. Ketegangan ini membuat harga minyak tetap tinggi, dengan Brent dan WTI diperkirakan naik lebih dari 5% pada minggu ini.
Baca Juga: Mekanisme Besaran Ongkos Angkut Penyaluran Biodiesel Diubah "Pergerakan kemarin tampak agak berlebihan karena tidak terlalu berpengaruh, setidaknya dari segi fundamental," kata kepala penelitian komoditas ING, Warren Patterson kepada
Reuters. Dia menambahkan bahwa pergerakan harga minyak akan berada di kisaran terbatas mengingat keseimbangan minyak yang baik. Para pejabat AS sejauh ini melontarkan kritik paling tajam terhadap korban sipil Israel di Gaza karena Israel mengalihkan fokus serangannya ke Rafah. Delegasi Hamas tiba di Kairo pada hari Kamis untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan mediator Mesir dan Qatar. Meskipun konflik telah menaikkan harga, namun tidak berdampak pada produksi minyak. Produksi non-OPEC dari Norwegia dan Guyana meningkat. Sementara Rusia mengekspor lebih banyak minyak mentah pada bulan Februari daripada yang direncanakan menyusul kombinasi serangan pesawat tak berawak dan gangguan teknis di kilang-kilangnya yang dapat melemahkan janjinya untuk membatasi penjualan berdasarkan pakta OPEC+.
Baca Juga: Wall Street Menguat, S&P 500 Mendekati 5.000 Setelah Menyentuh Tonggak Sejarah Berdasarkan kesepakatan OPEC+, Rusia berkomitmen untuk membatasi produksi minyak mentah sebesar 9,5 juta barel per hari (bph). Negara ini juga secara sukarela memotong ekspor minyak mentah sebesar 300.000 barel per hari dan ekspor bahan bakar sebesar 200.000 barel per hari dari rata-rata tingkat Mei-Juni. "Risiko deflasi di Tiongkok, importir minyak mentah utama dunia, juga membebani harga minyak global," kata analis IG Tony Sycamore. Dia menyebut, rendahnya harga minyak mentah di Asia sebagian besar disebabkan oleh pelemahan awal pasar saham China. "Dampak dari angka CPI yang mengejutkan di Tiongkok kemarin yang semakin melemahkan kepercayaan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek,” tambah Sycamore. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati