KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah bergerak kenaikan pada Senin (18/11), setelah produksi di ladang minyak raksasa Johan Sverdrup, Norwegia, dihentikan. Kenaikan harga ini juga didorong oleh eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina. Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar US$1,52 atau 2,14% menjadi US$72,56 per barel pada pukul 15.03 GMT.
Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,39 atau 2,07% menjadi US$68,41 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Senin (18/11), Ketegangan Rusia-Ukraina Meningkat Perusahaan energi Norwegia, Equinor, mengumumkan bahwa produksi di ladang minyak Johan Sverdrup—ladang minyak terbesar di Eropa Barat—dihentikan akibat gangguan pasokan listrik di darat. Hingga kini, belum ada kepastian mengenai kapan produksi akan dilanjutkan. Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan bahwa gangguan ini dapat memperketat pasokan minyak mentah di kawasan Laut Utara, yang menjadi basis untuk kontrak futures Brent. Selain itu, eskalasi perang di Ukraina juga mendorong kenaikan harga minyak. Perubahan Kebijakan AS Memanaskan Konflik Dalam langkah yang dianggap sebagai perubahan besar dalam kebijakan Amerika Serikat, pemerintahan Presiden Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia. Dua pejabat AS dan satu sumber yang mengetahui keputusan ini mengonfirmasi informasi tersebut pada Minggu.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Perdagangan Senin (18/11) Pagi Kremlin menanggapi dengan keras keputusan ini, menyebut langkah tersebut sebagai tindakan "ceroboh" yang meningkatkan risiko konfrontasi dengan NATO yang dipimpin AS. Analis pasar IG Tony Sycamore menyebut keputusan Biden dapat memicu tekanan geopolitik pada harga minyak, terutama setelah muncul laporan bahwa pasukan Korea Utara turut bergabung dalam konflik tersebut. Sementara itu, analis energi dari MST Marquee, Saul Kavonic, memperingatkan bahwa harga minyak bisa terus naik jika Ukraina mulai menargetkan infrastruktur minyak Rusia, meskipun ekspor minyak Rusia belum terlalu terdampak. Serangan Udara Terbesar Rusia dalam Tiga Bulan Pada Minggu, Rusia melancarkan serangan udara terbesar dalam tiga bulan terakhir ke Ukraina, menyebabkan kerusakan parah pada sistem energi negara tersebut. Sebelumnya, harga Brent dan WTI sempat turun lebih dari 3% pekan lalu akibat data lemah dari tingkat pengolahan kilang di China.
Penurunan tersebut juga dipicu oleh prediksi Badan Energi Internasional (IEA) bahwa pasokan minyak global akan melebihi permintaan hingga lebih dari 1 juta barel per hari pada 2025, meskipun OPEC+ tetap melakukan pemangkasan produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto