Harga Minyak Naik dari Level Terendah Sejak Juni 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun naik tipis pada hari ini meski masih bergerak di bawah level US$ 70 per barel. Investor khawatir tentang lesunya permintaan energi di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sementara produksi dari AS masih mendekati rekor tertinggi.

Jumat (8/12) pukul 7.43 WIB, harga minyak WTI kontrak Januari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,73% ke US$ 69,85 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini anjlok 5,7%.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Februari 2024 kemarin ditutup pada US$ 74,05 per barel, turun 0,34%. Harga minyak acuan internasional ini anjlok 6,12% dari posisi akhir pekan lalu di US$ 78,88 per barel. Kemarin, harga kedua acuan minyak mencatatkan harga terendah sejak akhir Juni.


“Dengan importir minyak terbesar dunia (Tiongkok) menutup dahaganya terhadap minyak mentah, tekanan tetap ada pada harga karena produsen terbesar, Amerika Serikat, terus melanjutkan produksinya,” kata analis PVM Oil, John Evans kepada Reuters.

Baca Juga: Naik Tipis Pagi Ini, Harga Emas Melemah Lebih dari 2% Sepekan

Produksi AS tetap mendekati rekor tertinggi lebih dari 13 juta barel per hari, menurut data Administrasi Informasi Energi (EIA) AS. Stok bensin AS naik 5,4 juta barel pada pekan lalu menjadi 223,6 juta barel, kata EIA, lebih dari lima kali lipat peningkatan 1 juta barel yang diperkirakan.

Kekhawatiran terhadap perekonomian Tiongkok juga membatasi kenaikan harga minyak. Data bea cukai Tiongkok menunjukkan bahwa impor minyak mentah pada bulan November turun 9% dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator ekonomi yang lemah, dan melambatnya pesanan dari penyulingan independen melemahkan permintaan.

Meskipun total impor Tiongkok turun secara bulanan, ekspor tumbuh pada bulan November untuk pertama kalinya dalam enam bulan. Data ini menunjukkan peningkatan arus perdagangan global mungkin membantu sektor manufaktur.

Lembaga pemeringkat Moody's memberikan peringatan penurunan peringkat pada Hong Kong, Makau, dan banyak perusahaan milik negara serta bank Tiongkok pada hari Rabu, sehari setelah lembaga tersebut memberikan peringatan penurunan peringkat pada peringkat kredit negara Tiongkok.

Baca Juga: Harga Minyak Stabil Setelah Kemarin Anjlok Hampir 4%

Harga minyak telah turun sekitar 10% sejak OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, mengumumkan pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun depan.

“Pasar tampaknya menunjukkan bahwa mereka tidak percaya OPEC+ memiliki kemampuan untuk menindaklanjuti pengurangan produksi mereka,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.

Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar, pada hari Kamis menyerukan semua anggota OPEC+ untuk bergabung dalam perjanjian pengurangan produksi demi kebaikan perekonomian global.

Baca Juga: Harga Minyak Stabil Setelah Kemarin Anjlok Hampir 4%

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman bertemu pada hari Rabu (7/12) untuk membahas kerja sama harga minyak lebih lanjut, sementara anggota OPEC+ Aljazair mengatakan tidak akan mengesampingkan perpanjangan atau memperdalam pengurangan pasokan minyak.

Pada hari Selasa, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan kelompok produsen siap untuk memperkuat pengurangan pasokan minyak pada kuartal pertama tahun 2024.

Rusia telah berjanji untuk mengungkapkan lebih banyak data mengenai volume penyulingan dan ekspor bahan bakarnya setelah OPEC+ meminta Moskow untuk lebih transparan mengenai pengiriman bahan bakar rahasia dari banyak titik ekspor di seluruh negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati