Harga Minyak Naik di Tengah Gencatan Senjata Hizbullah-Israel



KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia naik pada hari Senin (2/12), didorong oleh gencatan senjata Hizbullah-Israel dan tingginya aktivitas pabrik China yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

Reuters mencatat, harga minyak mentah Brent naik 34 sen atau 0,47% menjadi US$72,18 per barel pada pukul 04.52 GMT.

Di saat yang sama, harga minyak mentah West Texas Intermediate berada pada harga US$68,32 per barel, naik 32 sen atau 0,47%.


Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG mengatakan, stabilnya harga minyak di pekan ini adalah buah dari meningkatnya aktivitas manufaktur China yang membutuhkan minyak dalam jumlah besar.

Baca Juga: Hizbullah dan Israel Sepakati Gencatan Senjata, Mulai Berlaku 27 November 2024

"Harga minyak berhasil stabil pada minggu baru, dengan ekspansi berkelanjutan dalam aktivitas manufaktur Tiongkok yang mencerminkan keberhasilan kebijakan dari upaya stimulus baru-baru ini," kata Yeap.

Yeap menambahkan, gencatan senjata Hizbullah dan Israel yang berlaku sejak pekan lalu juga berperan dalam naiknya harga minyak. Meskipun begitu, saat ini para pedagang mulai mengamati situasi Suriah yang memanas sejak akhir pekan kemarin.

"Gencatan senjata antara Israel dan Lebanon mulai berlaku pada hari Rabu, tetapi masing-masing pihak menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata. Para pedagang masih mengamati perkembangan di Suriah, dan mempertimbangkan apakah hal ini dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah," lanjut Yeap.

Baca Juga: Kota Aleppo Kembali Bergolak, Serangan Pemberontak Guncang Pemerintahan Assad

Tonton: Daftar 10 Negara Terkaya di Timur Tengah Pemilik Sumber Minyak Melimpah

Pekan lalu, kedua acuan minyak mengalami penurunan mingguan lebih dari 3% karena meredanya kekhawatiran atas risiko pasokan dari konflik Hizbullah-Israel dan perkiraan surplus pasokan pada tahun 2025.

Situasi ini bahkan terjadi ketika OPEC+ diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi.

Mengutip Reuters, OPEC+ menunda pertemuannya hingga 5 Desember dan sedang membahas penundaan kenaikan produksi minyaknya yang akan dimulai pada Januari.

Pertemuan OPEC+ minggu ini kabarnya akan memutuskan kebijakan untuk bulan-bulan awal tahun 2025.

Selanjutnya: Kemenperin Kebut Pelaksanaan 41 PSN Kawasan Industri, Investasi Rp 2.785 Triliun

Menarik Dibaca: Langkah Mencegah DBD kala Musim Hujan Tiba