Harga Minyak Naik, Imbas Kekhawatiran Perang Timur Tengah dan Penurunan Stok AS



KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak naik tipis pada Rabu (14/8), setelah laporan industri menunjukkan persediaan minyak mentah dan bensin AS turun. Selain itu, pasar juga mengamati kemungkinan meluasnya perang Israel-Gaza, yang dapat berdampak pada pasokan minyak global.

Mengutip Reuters, Rabu (14/8) minyak mentah berjangka Brent naik 32 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 81,01 per barel pada pukul 08.20 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 33 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 78,68 per barel.

“American Petroleum Institute melaporkan penurunan signifikan persediaan minyak mentah AS sebesar 5,2 juta barel, jauh lebih besar dari perkiraan penurunan sebesar 2 juta barel. Data tersebut mengisyaratkan bahwa permintaan minyak tetap sehat,” kata Danish Lim, analis investasi di Phillip Nova.


Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Rabu (114/8) Siang, Brent ke US$81,25 & WTI US$78,94

“Meskipun demikian, geopolitik tetap menjadi faktor utama karena kemungkinan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dapat menjadi risiko kenaikan harga minyak selama beberapa minggu mendatang.”

Data resmi pemerintah AS dari Badan Informasi Energi (EIA) akan dirilis pada hari Rabu.

Di Timur Tengah, salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di dunia yakni Iran telah berjanji akan memberikan tanggapan keras terhadap pembunuhan pemimpin Hamas akhir bulan lalu. 

Israel tidak mengkonfirmasi atau menyangkal keterlibatannya namun mereka berperang di Gaza melawan Hamas setelah kelompok tersebut menyerang Israel pada bulan Oktober. Untuk melawan Iran, Angkatan Laut AS telah mengerahkan kapal perang dan kapal selam ke Timur Tengah.

“Besarnya pembalasan Iran, serta respons Israel, kemungkinan besar akan menentukan apakah konflik di Timur Tengah saat ini akan meluas menjadi konflik regional,” kata Vivek Dhar, analis di Commonwealth Bank of Australia.

Baca Juga: Harga Minyak Menguat pada Rabu (14/8) Pagi, Konflik Timur Tengah Masih Membayangi

"Kekhawatiran pasar saat ini adalah serangan terhadap pasokan minyak dan infrastruktur Iran", katanya. "Iran menyumbang 3%-4% dari permintaan minyak global, 25%-50% di antaranya diekspor."

Konflik yang lebih luas di Timur Tengah juga dapat mengancam pergerakan minyak melalui titik-titik utama di wilayah tersebut, ANZ Research mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Rabu.

“Hal ini dapat menyebabkan lebih dari 20 juta barel minyak per hari terkena risiko gangguan.”

Namun untuk membatasi kenaikan harga minyak, EIA pada hari Selasa memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada tahun 2025, dengan alasan dampak melemahnya perekonomian China terhadap konsumsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi