Harga Minyak Naik Karena Data Ekonomi China Melampaui Ekspektasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada hari Rabu (15/11) karena output pabrik dan penjualan ritel China melampaui ekspektasi, sehari setelah Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini.

RAbu (15/11) pukul 11.27 WIB, harga minyak brent berjangka naik 20 sen atau 0,2% menjadi US$ 82,67 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 15 sen juga 0,2% menjadi US $ 78,28 per barel.

Aktivitas ekonomi China pada bulan Oktober meningkat karena output industri tumbuh lebih cepat dan pertumbuhan penjualan ritel melebihi ekspektasi. Data ekonomi ini menjadi tanda yang menggembirakan bagi perekonomian terbesar kedua di dunia.


IEA bergabung dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini, meskipun ada proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di banyak negara besar.

Baca Juga: Amerika Bakal Beli 1,2 Juta Barel Minyak untuk Cadangan Minyak Strategis

"IEA melihat permintaan minyak tetap sehat. Mereka menaikkan perkiraannya karena konsumsi yang lebih baik dari perkiraan di Tiongkok," kata ANZ Research dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga pada musim semi mendatang membuat dolar AS melemah ke level terendah dalam dua setengah bulan terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Melemahnya dolar dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Badan Informasi Energi atau Energy Information Administration (EIA) AS akan merilis laporan persediaan minyak pertamanya dalam dua minggu pada hari Rabu. EIA tidak merilis laporan penyimpanan minggu lalu karena adanya peningkatan sistem.

Untuk pekan yang berakhir 10 November, para analis memperkirakan perusahaan-perusahaan energi menambahkan sekitar 1,8 juta barel minyak mentah ke dalam stok AS, menurut jajak pendapat Reuters, sejalan dengan American Petroleum Institute yang dirilis pada hari Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati