KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada awal perdagangan pada hari Jumat. Para pelaku pasar mempertimbangkan komentar Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) bahwa perekonomian negara tersebut kemungkinan berada dalam posisi yang lebih kuat daripada yang ditunjukkan oleh data kuartal pertama yang lemah. Harga minyak juga disokong oleh kekhawatiran pasokan akibat konflik di Timur Tengah yang berlanjut. Jumat (26/4) pukul 8.04 WIB, harga minyak WTI naik 0,39% ke US$ 83,90 per barel. Sedangkan harga minyak Brent naik 0,38% ke US$ 89,35 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI menguat 2,04%. Pada periode yang sama, harga minyak Brent menguat 2,36%.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS kemungkinan lebih kuat dari yang ditunjukkan oleh data triwulanan yang lebih lemah dari perkiraan. Kemarin, Departemen Perdagangan AS merilis data pertumbuhan ekonomi 1,6% di kuartal pertama. Angka ini lebih rendah ketimbang prediksi 2,4%.
Baca Juga: Harga Emas Turun Hampir 3% Sepekan, Pasar Menunggu Data Inflasi PCE AS Malam Nanti Yellen mengatakan pertumbuhan PDB AS untuk kuartal pertama dapat direvisi lebih tinggi setelah lebih banyak data tersedia. Dia menambahkan, inflasi akan turun ke tingkat yang lebih normal setelah sejumlah faktor “aneh” membuat perekonomian berada pada kondisi terlemahnya dalam hampir dua tahun. Menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar, stok bensin AS turun kurang dari perkiraan. Stok sulingan meningkat dibandingkan ekspektasi penurunan dalam minggu hingga 19 April, menurut data Badan Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu. Persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun tajam minggu lalu seiring melonjaknya ekspor. Kekhawatiran mengenai permintaan bahan bakar AS muncul di tengah tanda-tanda menurunnya aktivitas bisnis AS pada bulan April. Data inflasi dan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan menambah ramalan bahwa The Fed akan menunda penurunan suku bunga. Investor memperhitungkan bahwa Federal Reserve tidak akan menurunkan suku bunga sebelum bulan September.
Baca Juga: Minyak Stabil, Kekhawatiran Permintaan AS Menyeimbangkan Risiko Konflik Timur T “Pasar mulai menyadari bahwa jika Anda melihat keseluruhan laporan ke dalam perspektif, angka pertumbuhan yang melambat mungkin terlalu dibesar-besarkan,” kata analis Phil Flynn di Price Futures Group kepada
Reuters. Dia menambahkan, pasar juga mulai fokus pada situasi pasokan yang ketat dan faktor risiko geopolitik. Data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk bulan Maret akan dirilis pada hari Jumat, dipantau secara ketat oleh The Fed untuk target 2%. Kekhawatiran pasokan seiring berlanjutnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga mendukung harga di awal sesi. Israel meningkatkan serangan udara di Rafah setelah menyatakan akan mengevakuasi warga sipil dari kota Gaza selatan dan melancarkan serangan habis-habisan meskipun sekutu memperingatkan bahwa hal ini dapat menyebabkan korban jiwa dalam jumlah besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati