Harga Minyak Naik Lebih dari US$1 Rabu (2/10), Brent ke US$74,56 dan WTI ke US$70,9



KONTAN.CO.ID - Harga minyak melonjak lebih dari satu dolar pada perdagangan Rabu (2/10).

Dipicu khawatiran akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang dapat mengganggu produksi minyak mentah dari wilayah tersebut, setelah serangan militer terbesar Iran terhadap Israel.

Melansir Reuters, minyak mentah Brent naik US$1 atau 1,36%, menjadi US$74,56 per barel.


Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melonjak US$1,07 atau 1,53% menjadi US$70,9 per barel pada pukul 03:30 GMT.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Memanas di Tengah Meningkatnya Serangan di Timur Tengah

Pada perdagangan Selasa (1/10), kedua tolok ukur minyak mentah tersebut melonjak lebih dari 5%.

Pasar minyak sebelumnya lebih fokus pada narasi melemahnya prospek ekonomi global yang dapat mengurangi permintaan bahan bakar, kata Priyanka Sachdeva, senior market analyst di Phillip Nova.

"Namun, fokus dengan cepat beralih pada ketakutan akan gangguan pasokan minyak di Timur Tengah setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel," tambahnya.

Iran mengatakan bahwa serangannya ke Israel telah berakhir kecuali ada provokasi lebih lanjut.

Baca Juga: Bitcoin Anjlok Tertekan Tensi Timur Tengah, Masih Adakah Peluang Uptober?

Sementara Israel dan Amerika Serikat (AS) berjanji akan membalas serangan tersebut. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan pecahnya perang yang lebih luas.

Tehran menegaskan bahwa setiap respons dari Israel atas serangan tersebut, yang menurut Israel melibatkan lebih dari 180 rudal balistik, akan dibalas dengan "kehancuran besar".

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menjadwalkan pertemuan tentang situasi di Timur Tengah pada Rabu, dan Uni Eropa menyerukan gencatan senjata segera.

Keterlibatan langsung Iran, yang merupakan anggota OPEC, meningkatkan potensi gangguan terhadap pasokan minyak, kata para analis ANZ dalam sebuah catatan.

Mereka menambahkan bahwa produksi minyak Iran naik ke level tertinggi dalam enam tahun pada Agustus, mencapai 3,7 juta barel per hari.

Baca Juga: Timur Tengah Memanas, Kemenlu: Proses Evakuasi WNI di Lebanon Sedang Berlangsung

"Eskalasi besar oleh Iran berisiko melibatkan Amerika Serikat dalam perang ini," kata Capital Economics dalam catatannya.

"Iran menyumbang sekitar 4% dari produksi minyak dunia, tetapi yang lebih penting adalah apakah Arab Saudi akan meningkatkan produksi jika pasokan Iran terganggu."

Panel menteri dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan bertemu pada Rabu untuk meninjau kondisi pasar, dengan tidak ada perubahan kebijakan yang diharapkan.

Mulai Desember, OPEC+ yang juga termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bpd) setiap bulan.

"Setiap indikasi bahwa peningkatan produksi akan berlanjut dapat meredakan kekhawatiran tentang gangguan pasokan di Timur Tengah," kata catatan ANZ.

Baca Juga: Iran Serang Tel Aviv dan Yerusalem, Intelijen Israel Kecolongan

Data stok minyak AS menunjukkan hasil yang beragam: persediaan minyak mentah dan distilat turun pekan lalu sementara persediaan bensin meningkat, menurut sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute pada Selasa.

Investor minyak juga akan mengamati dengan cermat data klaim pengangguran AS yang akan dirilis pada Jumat.

Sachdeva dari Phillip Nova mengatakan, hal ini diharapkan dapat mempengaruhi proyeksi pelonggaran kebijakan moneter The Fed, yang mungkin dapat mendukung permintaan minyak jangka panjang dengan merangsang aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto