Harga Minyak Naik Lima Minggu Berturut-turut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak stabil pada hari Jumat, tetapi berada di jalur kenaikan selama lima minggu berturut-turut. Investor optimistis, permintaan yang sehat dan pengurangan pasokan akan menjaga harga minyak tetap tinggi.

Selera risiko di pasar keuangan yang lebih luas telah dipicu oleh meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral seperti Federal Reserve dan European Central Bank (ECB) mendekati akhir kampanye pengetatan kebijakan. Ekspektasi ini meningkatkan prospek pertumbuhan global dan permintaan energi.

Didukung oleh pengurangan pasokan dari OPEC+ yang diumumkan awal bulan ini, kedua tolok ukur harga minyak berada di jalur kenaikan mingguan sebesar 3,6%. Ini akan menjadi kenaikan harga minyak kelima minggu berturut-turut.


Jumat (28/7) pukul 16.18 WIB, harga minyak mentah Brent turun 28 sen menjadi US$ 83,96 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) turun 18 sen menjadi US$ 79,91 per barel.

Baca Juga: Penurunan Harga Komoditas Mulai Terbatas, Cek Rekomendasi Saham Pilihan Analis

Ekspektasi permintaan bullish mencuat setelah produk domestik bruto kuartal kedua AS tumbuh pada perkiraan mengalahkan 2,4%. Pertumbuhan ekonomi mendukung pandangan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa ekonomi dapat mencapai apa yang disebut soft landing.

Investor menyambut prospek tingkat puncak suku bunga yang semakin dekat. Selain itu, semakin besar kemungkinan bahwa AS akan terhindar dari resesi.

Data baru yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan, beberapa negara dengan ekonomi teratas Zona Euro menunjukkan ketahanan yang tidak terduga pada kuartal kedua. Bahkan ketika sejumlah indikator menunjukkan kelemahan baru di masa depan karena kelemahan manufaktur dan sektor jasa yang melambat.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Jumat (28/7) Pagi, Setelah Naik Tinggi Kemarin

Sementara itu, para pembuat kebijakan di China telah berjanji untuk meningkatkan langkah-langkah stimulus untuk memperkuat pemulihan pasca-Covid. Penyataan para pejabat China muncul setelah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ubu tumbuh dengan kecepatan yang lemah pada kuartal kedua.

"Terlepas dari latar belakang ekonomi yang optimistis dan permintaan yang sehat, pemotongan produksi dari aliansi OPEC+ membantu mendorong Brent ke level tertinggi yang tidak terlihat sejak April," kata analis PVM Tamas Varga kepada Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati