Harga minyak naik, OPEC tak siap mengimbangi penurunan produksi Iran



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Minyak berjangka naik lebih dari 1% pada Selasa (18/9) setelah muncul tanda-tanda bahwa OPEC tidak siap meningkatkan produksi untuk mengatasi menyusutnya pasokan dari Iran.

Minyak mentah Brent berjangka naik 98 sen (1,3%) ke US$ 79,03 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 94 sen (1,4%) menjadi US$ 69,85 per barel. 

Harga itu sudah terpangkas dari sebelumnya setelah data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 1,2 juta barel menjadi 397,1 juta barel. Kenaikan stok ini berbalikan dari perkiraan analis yang memperkirakan penurunan 2,7 juta barel.


Data resmi pemerintah AS tentang cadangan minyak akan dirilis pada hari Rabu.

Menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen non-OPEC bertemu pada hari Minggu (16/9) untuk membahas kepatuhan pada kebijakan produksi. Sumber-sumber OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada tindakan segera yang direncanakan dan para produsen akan mendiskusikan bagaimana membagi peningkatan produksi yang disepakati sebelumnya.

Bloomberg melaporkan pada hari Selasa (17/9), mengutip sumber Saudi yang tidak disebutkan namanya, bahwa kerajaan itu saat ini merasa nyaman dengan harga di atas US$ 80 per barel, setidaknya untuk jangka pendek.

Meski Arab Saudi tidak memiliki keinginan mendorong harga lebih tinggi dari US$ 80 per barel, mungkin tidak mungkin lagi untuk menghindarinya. Sanksi AS yang mempengaruhi sektor perminyakan Iran akan mulai berlaku mulai 4 November.

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa Arab Saudi ingin minyak tetap berada antara US$ 70 dan US$ 80 per barel untuk saat ini karena eksportir minyak mentah terbesar di dunia ini menyeimbangkan antara memaksimalkan pendapatan dan menjaga harga tetap sampai pemilihan kongres AS.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan harga minyak antara US$ 70 dan US$ 80 bersifat sementara, menambahkan bahwa dalam jangka panjang harga akan berada di sekitar US$ 50 per barel.

Sekretaris Energi AS Rick Perry mengatakan pekan lalu di Moskow bahwa dia tidak memperkirakan bakal terjadi lonjakan harga begitu sanksi mulai berlaku, dan positif tentang produksi Saudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana