Harga Minyak Naik Pada Kamis (25/1) Pagi, Dipicu Penurunan Produksi AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada perdagangan Kamis (25/1) pagi. Pukul 06.11 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2024 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 75,34 per barel, naik 0,33% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 75,09 per barel.

Mengutip Reuters, harga minyak naik didorong oleh penurunan produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan penarikan penyimpanan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. 

Selain itu, stimulus ekonomi China dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga ikut mendorong kenaikan harga minyak.


Bank sentral China akan memotong jumlah uang tunai yang harus disimpan oleh bank sebagai cadangan mulai tanggal 5 Februari, sebuah langkah yang diperkirakan akan menopang pemulihan ekonomi China.

Baca Juga: Konflik di Laut Merah, Distribusi Komoditas Impor Berpotensi Terdampak

Sementara itu, stok minyak mentah AS anjlok 9,2 juta barel pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA), lebih dari empat kali lipat perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 2,2 juta barel.

"Ini adalah laporan cuaca... Tidak ada yang bisa mengendalikan (minggu lalu). Salah satu penyebab terbesarnya adalah produksi dalam negeri turun, dan produksi Bakken terpukul," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Produksi minyak mentah AS turun dari rekor 13,3 juta barel per hari (bph) dua minggu lalu ke level terendah dalam lima bulan sebesar 12,3 bph pada minggu lalu setelah sumur minyak membeku selama pembekuan di Arktik.

Baca Juga: Harga Minyak Bergerak Tipis, Brent ke US$ 79,6 dan WTI ke US$ US$ 74,44 di Pagi Ini

Para pejabat North Dakota mengatakan diperlukan waktu satu bulan agar produksi minyak di negara bagian tersebut, yang mencakup ladang serpih Bakken dan merupakan negara bagian penghasil minyak terbesar ketiga, bisa pulih setelah cuaca ekstrem pekan lalu memangkas produksi hingga lebih dari setengahnya.

Ketegangan geopolitik tetap menjadi fokus sehari setelah koalisi 24 negara yang dipimpin oleh AS dan Inggris melancarkan serangan baru terhadap pejuang Houthi di Yaman yang telah menyerang perdagangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi