Harga Minyak Naik Seiring Meningkatnya Permintaan Bahan Bakar dan Putusan OPEC+



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak naik 1% pada Kamis karena investor mempertimbangkan permintaan bahan bakar AS yang lebih kuat dan laporan kelompok produsen OPEC+ yang menunda peningkatan produksi seperti direncanakan. 

Harga minyak berjangka Brent LCOc1 naik 75 sen, atau 1%, menjadi US$ 73,30 per barel hingga pukul 22.52 WIB. Sementara harga minyak berjangka WTI CLc1 naik US$ 1,01, atau 1,47%, menjadi US$ 69,62.

Para pedagang menunggu hasil pemilihan presiden AS pada tanggal 5 November ingin melihat apa arti pemerintahan Trump versus Harris bagi pasar minyak. "Pasar sedang mencoba mencari tahu dampak pemerintahan Harris atau Trump terhadap produksi minyak, sanksi, dan harga," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates dikutip Reuters.


Baca Juga: Harga Naik di Provinsi Ini, Cek Harga BBM Pertamina Terbaru November 2024

Lipow menambahkan, kecuali ada peristiwa signifikan yang menggerakkan pasar di Timur Tengah selama lima hari ke depan, pasar kemungkinan menunggu hasil pemilu sebelum membuat pergerakan besar.

Sementara itu, Badan Informasi Energi mengatakan, persediaan bensin AS turun lebih dari yang diharapkan ke level terendah dalam dua tahun pada minggu yang berakhir 25 Oktober. Sementara persediaan minyak mentah mencatat penurunan yang mengejutkan karena impor menurun. 

"Penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan produk AS terhadap proyeksi produksi memberikan sedikit peningkatan untuk minyak berjangka Brent minggu ini," kata kepala pasar komoditas global Rystad Energy untuk minyak, Mukesh Sahdev dalam sebuah riset pada Kamis (31/10).

Sahdev menambahkan, minggu ini dimulai dengan aksi jual besar-besaran, setelah Israel menunjukkan sedikit pengekangan dalam serangan balasannya terhadap Iran selama akhir pekan.  

Harga minyak semakin terdongkrak pada Kamis, karena OPEC+ dapat menunda rencana peningkatan produksi minyak mulai Desember selama satu bulan atau lebih karena kekhawatiran atas permintaan minyak yang lemah dan meningkatnya pasokan. Reuters melaporkan, keputusan dapat diambil paling cepat minggu depan. OPEC+ dijadwalkan bertemu pada tanggal 1 Desember untuk memutuskan langkah kebijakan selanjutnya.

Di tempat lain, aktivitas manufaktur di China, importir minyak terbesar di dunia meningkat pada Oktober untuk pertama kalinya dalam enam bulan, yang menunjukkan bahwa langkah-langkah stimulus telah memberikan dampak.

Harga minyak berjangka Brent dan WTI telah turun lebih dari 6% pada hari Senin karena berkurangnya risiko keterlibatan langsung Iran dalam konflik Timur Tengah yang lebih luas dan para negosiator sekarang mendorong gencatan senjata di Lebanon dan Gaza.

"Beberapa peristiwa internasional telah terjadi pada pergantian bulan yang dapat menyebabkan pasar minyak mengalami perjalanan yang tidak mulus pada awal November," kata Sahdev dari Rystad Energy, mengutip pemilihan umum AS, prospek permintaan China yang terus melemah, ketidakpastian OPEC+, dan perang yang sedang berlangsung di Timur Tengah.

Baca Juga: Cisadane Sawit Raya Catatkan Pendapatan di Kuartal III-2024 Senilai Rp 758,78 Miliar

Selanjutnya: Penurunan Laba Emiten Rokok Berlanjut, Kebijakan Cukai Dinilai Efektif Tekan Produksi

Menarik Dibaca: Ini Alasan Robert Kiyosaki Suka Menyimpan Bitcoin

Editor: Avanty Nurdiana