Harga Minyak Naik Tapi Investasi di Upstream Stagnan, Begini Penjelasan SKK Migas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sempat menikmati berkah dari kenaikan harga minyak dunia beberapa waktu lalu yang sempat tembus US$ 100 per barrel. Pada kala itu diharapkan seiring naiknya harga minyak mentah, investasi di hulu minyak menjadi ramai. Namun kenyataannya, investasi di sektor hulu tetap stagnan. 

Sekretaris SKK Migas, Taslim Z. Yunus memaparkan, investasi di energi fosil akan berkurang seiring dengan tren dunia saat ini yang mengurangi energi fosil dan beralih ke energi transisi. Bahkan ada negara-negara yang secara frontal tidak akan mendanai investasi energi fosil. 

Seperti diketahui, pasca-pandemi kebutuhan energi dunia mulai meningkat. Situasi geopolitik Rusia dan Ukrania menyebabkan pasokan minyak Rusia berkurang sehingga harga minyak dunia naik.


Baca Juga: Berpotensi Habis Oktober, Kuota BBM Subsidi Belum Ditambah

Namun, kenaikan harga minyak dunia tidak berdampak langsung pada naiknya investasi global lantaran perusahaan minyak berfokus untuk mengurangi utang dan membagi dividen pada pemegang sahamnya. 

“(Dalam konteks global) kondisi cash dari operasi senilai $189 miliar yang sepertiganya atau senilai US$ 62 miliar diinvestasikan di upstream sedangkan alokasi yang besar digunakan untuk mengurangi utang perusahaan dan membagikan dividen kepada stakeholder,” jelasnya dalam webinar Detalks bertajuk “Mobilisasi Pemanfaatan Gas Sebagai Energi Transisi”, Selasa (27/9). 

Taslim menjelaskan, di Indonesia situasinya juga kurang lebih sama yang dilihat dalam dua tahun hingga tiga tahun terakhir nilai investasi di hulu migas tidak terlalu besar. Sampai dengan semester I 2022 investasi di Tanah Air belum naik signifikan meski harga minyak sedang naik. 

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Bangkit dari Level Terendah 9 Bulan, WTI ke US$ 77,79

Perusahaan minyak memandang kenaikan harga minyak dipicu oleh kondisi jangka pendek. Adapun perusahaan minyak juga mulai menambah investasi di sektor renewables sehingga investasi global belum meningkat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .