Harga Minyak Naik Tipis Karena AS Berencana Menambah Serangan di Timur Tengah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat pada hari Senin (5/2), pulih dari penurunan tajam minggu lalu. Amerika Serikat (AS) merencanakan serangan lebih lanjut terhadap kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah dan ketika pesawat tak berawak Ukraina menyerang kilang terbesar di Rusia selatan.

Senin (5/2) pukul 14.09 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent naik 26 sen atau 0,3% menjadi US$ 77,59 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS berada di US$ 72,41 per barel, naik 13 sen, atau 0,2%.

Kedua harga minyak acuan tersebut berakhir pekan lalu dengan penurunan sekitar 7% setelah data ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan penurunan suku bunga mungkin lebih jauh dari perkiraan. 


Penurunan harga minyak pekan lalu juga disebabkan oleh kemajuan dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Tetapi untuk saat ini, gencatan senjata tampaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat.

Investor tetap mewaspadai eskalasi konflik Timur Tengah setelah AS mengisyaratkan serangan lebih lanjut terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah sebagai tanggapan atas serangan mematikan terhadap pasukan AS di Yordania.

Baca Juga: Harga Migas Diramal Flat, Intip Rekomendasi Saham Emiten Migas Berikut Ini

AS juga melanjutkan kampanyenya melawan Houthi di Yaman yang serangannya terhadap kapal pengapalan telah mengganggu rute perdagangan minyak global, meskipun sebagian besar pasokan tidak terpengaruh.

“Mengingat serangan militer AS menghindari serangan langsung terhadap Iran, kami pikir perundingan gencatan senjata Israel-Hamas akan memiliki efek yang lebih dominan – sehingga mengurangi ketegangan di Timur Tengah,” kata analis komoditas Commonwealth Bank, Vivek Dhar, dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

“Pasar minyak kemungkinan akan merespons dengan terus mengurangi risiko gangguan pasokan di Timur Tengah,” kata dia. Dhar menambahkan bahwa hal ini kemungkinan akan menjaga harga minyak Brent berjangka di bawah US$ 80 per barel.

Pada hari Jumat, Departemen Kehakiman AS mengumumkan tuduhan penghindaran sanksi dan penyitaan terkait dengan jaringan perdagangan minyak yang disebut mendanai Korps Garda Revolusi Islam Iran.

Baca Juga: Pertamina Tak Kerek Harga BBM Per Februari 2024, Ini Penjelasan Dirut

AS menyita lebih dari 520.000 barel minyak Iran yang dikenai sanksi di atas kapal tanker minyak mentah Abyss, yang berlabuh di Laut Kuning dalam perjalanan ke Tiongkok.

Iran menargetkan penjualan minyak sebesar 1,35 juta barel per hari untuk tahun Iran mulai Maret 2024. Menurut perkiraan Badan Energi Internasional, angka ini sekitar 1,3% dari 103,5 juta barel per hari pasokan global.

Di Rusia, dua drone penyerang Ukraina menyerang kilang minyak terbesar di selatan negara itu pada hari Sabtu, kata sebuah sumber di Kyiv kepada Reuters. Ini adalah serangan terbaru dari serangkaian serangan jangka panjang terhadap fasilitas minyak Rusia yang telah mengurangi ekspor nafta Rusia, bahan baku petrokimia.

Lukoil, pemilik kilang Volgograd berkapasitas 300.000 barel per hari, kemudian mengatakan pabrik tersebut berfungsi seperti biasa.

Di AS, pasokan listrik di kilang minyak BP yang berkapasitas 435.000 barel per hari di Whiting, Indiana, telah pulih pada tengah hari pada hari Jumat. Tetapi sumber mengatakan BP belum menetapkan tanggal untuk memulai kembali pabrik tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati