Harga Minyak Naik Tipis Pada Rabu (11/10) Pagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik tipis setelah kemarin turun dari lonjakan awal pekan. Para pelaku pasar berhati-hati karena mereka mengamati potensi gangguan pasokan di tengah bentrokan militer antara Israel dan Hamas.

Rabu (11/10) pukul 7.20 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2023 di New York Mercantile Exchange menguat tipis 0,05% ke US$ 86,01 per barel. Kemarin, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) turun 0,47% setelah melonjak 4,34% di awal pekan.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Desember 2023 di Commodity Exchange menguat 0,09% ke US$ 87,73 per barel. Kemarin, harga minyak acuan internasional ini turun 0,57% setelah melesat 4,22% pada hari Senin.


Brent dan WTI melonjak lebih dari 4% pada hari Senin (9/10) karena bentrokan Israel-Hamas menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat menyebar ke luar Gaza. Hamas melancarkan serangan militer terbesar terhadap Israel dalam beberapa dekade pada hari Sabtu, sementara Israel menggempur Jalur Gaza pada hari Selasa dengan serangan udara paling sengit dalam 75 tahun sejarah konfliknya dengan Palestina.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Rabu (11/10)

“Masih banyak ketidakpastian di pasar menyusul serangan di Israel pada akhir pekan,” kata analis ING kepada Reuters. Analis ING menambahkan bahwa pasar minyak kini memperhitungkan premi risiko.

Meskipun produksi minyak mentah Israel sangat sedikit, pasar khawatir jika konflik meningkat maka hal itu akan merugikan pasokan Timur Tengah dan memperburuk defisit yang diperkirakan akan terjadi hingga sisa tahun ini. Pelabuhan Ashkelon di Israel dan terminal minyaknya telah ditutup setelah konflik tersebut, kata sumber pada hari Senin.

Juru bicara Gedung Putih pada hari Senin mengatakan bahwa Iran terlibat meskipun Amerika Serikat (AS) tidak memiliki informasi intelijen atau bukti yang menunjukkan keterlibatan langsung Iran dalam serangan tersebut.

Baca Juga: Efek Perang Masih Bersifat Sementara

“Jika AS menemukan bukti yang secara langsung melibatkan Iran, maka pengurangan ekspor minyak Iran akan menjadi kenyataan,” kata Vivek Dhar, analis energi di CBA.

“Kami tetap percaya bahwa minyak Brent pada akhirnya akan stabil di kisaran US$ 90 per barel-US$ 100 per barel pada kuartal keempat 2023,” kata Dhar. Dia menambahkan bahwa konflik Palestina-Israel meningkatkan risiko harga Brent berjangka berada di US$ 100 per barel atau lebih.

Sebagai tanda yang lebih positif bagi pasokan, Venezuela dan AS telah mencapai kemajuan dalam perundingan yang dapat memberikan keringanan sanksi kepada Caracas dengan mengizinkan setidaknya satu perusahaan minyak asing tambahan untuk mengambil minyak mentah Venezuela dalam kondisi tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati