Harga minyak naik tipis, permintaan diramal naik mulai semester kedua 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak stagnan dengan kecenderungan naik tipis pada awal pekan ini. Senin (22/6) pukul 7.15 WIB, harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus 2020 di ICE Futures berada di US$ 42,27 per barel, naik 0,19% dari harga di akhir pekan lalu.

Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2020 berada di US$ 39,76 per barel, naik tipis dari posisi akhir pekan lalu pada US$ 39,75 per barel. Perdagangan harga minyak WTI kontrak Juli ini mulai mengecil sejak pertengahan pekan lalu.

Kontrak aktif yang segera beralih ke Agustus ini pun hanya diperdagangkan dengan volume 72 pada pagi ini. Sementara volume kontrak bulan Agustus meningkat sejak pekan lalu.


Harga minyak WTI kontrak Agustus di New York Mercantile Exchange berada di US$ 39,91 per barel, naik 0,20% dari harga akhir pekan lalu pada US$ 39,83 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI naik 6,63%.

Baca Juga: Harga emas hari ini melejit ke level tertinggi akibat lonjakan kasus baru corona

Stok minyak pada floating storage terutama di Gulf Coast Amerika Serikat (AS) mulai turun. Paola Rodriguez Masiu, analis senior pasar minyak Rystad Energy mengatakan bahwa perpanjangan pemangkasan produksi OPEC+ menopang pasar untuk mencari keseimbangan selama berbulan-bulan.

OPEC+ telah memangkas produksi sekitar 9,7 juta barel per hari sejak Mei. Jumlah pemangkasan ini sekitar 10% dari pasokan global.

Penurunan produksi minyak AS pun turut menopang kenaikan harga. Produksi minyak AS dua pekan lalu turun menjadi 10,5 juta barel per hari, level terendah sejak Maret 2018.

Baca Juga: Harga minyak belum stabil, Aspermigas: Insentif hulu migas masih relevan

UBS pekan lalu menaikkan prediksi harga minyak Brent menjadi US$ 40 per barel pada akhir September dari sebelumnya US$ 32 per barel. Prediksi akhir tahun pun dikerek menjadi US$ 45 per barel dari sebelumnya US$ 43 per barel.

"Suplai minyak ditekan oleh pemangkasan produksi sukarela OPEC+ dan penurunan belanja modal besar-besaran perusahaan-perusahaan minyak non-OPEC," ungkap UBS yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Hore! Ada promo menarik Jakarta Great Online Sale 2020 di Ulang Tahun Jakarta 493

UBS memperkirakan permintaan minyak akan merangkak naik, tapi akan lebih rendah di tahun 2020 dan 2021 daripada kuartal keempat 2019. "Secara umum, kami mengantisipasi kekurangan pasokan pasar minyak di semester kedua 2020 dan 2021," ungkap UBS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati