Harga Minyak Naik Tipis Setelah Penurunan Tajam di Awal Pekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat setelah kemarin turun 2%. Rabu (30/3) pukul 7.45 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2022 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 105,48 per barel. Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini naik 1,19% setelah kemarin turun 1,62%.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Mei 2022 di ICE Futures pagi ini berada di US$ 111,77 per barel. Harga minyak acuan internasional ini menguat 1,4% setelah kemarin turun 2%.

Kedua tolok ukur harga minyak turun 7% pada hari Senin dan turun sebanyak 7% lagi pada awal hari Selasa sebelum memantul dari posisi terendah.


Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis di Tengah Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Harga minyak kemarin turun setelah ada pembicaraan berlangsung antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri konflik selama berminggu-minggu. Tapi, negosiator Rusia mengatakan janji untuk mengurangi beberapa operasi militer tidak mewakili gencatan senjata.

Rusia berjanji untuk mengurangi operasi militernya di sekitar Kyiv dan Ukraina utara. Ukraina mengusulkan adopsi status netral tetapi dengan jaminan internasional bahwa itu akan dilindungi dari serangan.

"Mungkin ada alasan untuk sedikit lebih optimistis daripada saat ini, tetapi saya tidak berpikir seluruh situasi dengan Ukraina ini akan hilang dalam 15 menit ke depan," kata Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho kepada Reuters.

Baca Juga: Wall Street Menguat, Dow Jones dan S&P Naik Empat Hari Beruntun

Sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina telah mengganggu pasokan minyak dan mendorong harga minyak ke hampir US$ 140 per barel, tertinggi dalam sekitar 14 tahun.

Harga minyak juga turun karena adanya lockdown baru di China untuk mengekang penyebaran virus corona. Penguncian baru memicu kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar akan turun.

Penguncian baru di Shanghai untuk mengekang meningkatnya kasus virus corona juga menekan harga pada hari Selasa karena pasar khawatir penurunan permintaan China. Analis ANZ Research mengatakan, Shanghai menyumbang sekitar 4% dari konsumsi minyak China.

Lockdown telah mengurangi konsumsi bahan bakar transportasi di China. Beberapa penyulingan independen mencoba menjual kembali minyak mentah yang dibeli untuk pengiriman selama dua bulan ke depan.

Baca Juga: Cermati Tiga Emiten Yang Akan Bagi Dividen Pekan Ini

Wakil presiden senior analisis Rystad Energy, Claudio Galimberti memperkirakan, pelemahan permintaan minyak global diperkirakan akan bertahan hingga April dan Mei.

Penopang harga minyak antara lain adanya gangguan lanjutan dari pasokan Kazakhstan dan karena produsen utama tidak menunjukkan tanda-tanda bergegas untuk meningkatkan produksi secara signifikan. Kazakhstan akan kehilangan setidaknya seperlima dari produksi minyak selama sebulan setelah kerusakan badai pada titik tambat yang digunakan untuk mengekspor minyak mentah dari Konsorsium Pipa Kaspia (CPC).

OPEC+ diperkirakan akan tetap pada rencananya untuk kenaikan produksi moderat pada bulan Mei meskipun harga tinggi serta permintaan AS dan konsumen lain untuk pasokan lebih banyak. Menteri energi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, anggota kunci, mengatakan OPEC+ tidak boleh terlibat dalam politik karena tekanan meningkat pada mereka untuk mengambil tindakan terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati